Kapal TNI AL Usman Harun-359 Tempel Ketat Kapal Coast Guard China Di Utara Natuna

Kapal TNI AL Usman Harun-359 Tempel Ketat Kapal Coast Guard China Di Utara Natuna

Centralditanews- Berdasarkan United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS), Perairan Laut Natuna bagian utara merupakan perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Dilansir dari TRIBUNJATENG.COM edisi 09 Juni 2020, Kawasan tersebut mempunyai potensi sumber daya laut dan keaneragaman yang melimpah.

Hal itu memicu kapal asing memasuki wilayah kedaulatan RI.

Kapal asing itu berbondong-bondong menggunakan pukat untuk mengeruk kekayaan sumber daya perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti ikan cakalang, tuna, dan tongkol.

Bahkan nelayan asing itu dikawal sejumlah kapal Coast Guard saat melakukan aktivitas ilegal di ZEE Indonesia.

Kabar terbaru, beredar foto memperlihatkan Kapal Coast Guard China membayangi KRI Usman Harun-359 saat melaksanakan patroli di ZEE Indonesia Utara Pulau Natuna, Selasa (9/6/2020).

Tak tinggal diam, Tentara Nasional Indonesia (TNI) merespons hal tersebut dengan menerjunkan delapan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) untuk mengamankan Perairan Natuna, Kepuluan Riau, sekaligus menghalau kapal nelayan asing yang masuk ke wilayah Indonesia.

Jenis KRI yang diturunkan sendiri adalah jenis Corvett dan Frigate, yakni KRI Tjiptadi 381, KRI Teuku Umar 385, KRI John Lie 358, KRI Sutendi Senoputra 378, KRI Usman-Harun 359, kapal KRI Ahmad Yani 351, KRI Karel Satsuit Tubun 356 hingga KRI Tarakan 905 sebagai kapal jenis tanker.

Kedelapan kapal tersebut silih berganti untuk berpatroli melakukan pengamanan wilayah perairan Laut Natuna Utara.

Selain itu, TNI menerjunkan pesawat intai maritim yakni pesawat Boeing 737 ‘Camar Emas’ dari Skadron Udara 5 yang mampu mendeteksi sasaran di permukaan dan udara sejauh 256 mil laut (Nm) serta empat pesawat jet tempur jenis F-16 juga diterjunkan dari Skadron Udara 16 Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin untuk patroli udara.

Berikut Foto-fotonya

Foto dirilis Selasa (9/6/2020), memperlihatkan prajurit TNI mengikuti upacara Operasi Siaga Tempur Laut Natuna 2020 di Pelabuhan Pangkalan TNI AL Ranai, Natuna, Kepulauan Riau. Demi menjaga kedaulatan RI, TNI menerjunkan delapan KRI yang silih berganti mengamankan Perairan Natuna dari ancaman kapal asing yang ingin mengeruk kekayaan sumber daya perikanan di perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia tersebut. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)


Foto dirilis Selasa (9/6/2020), memperlihatkan KRI Sutedi Senoputra-378 (kiri) dan KRI Teuku Umar-385 (kanan) berlayar meninggalkan Faslabuh Lanal Ranai, Selat Lampa, Natuna, Kepulauan Riau. Demi menjaga kedaulatan RI, TNI menerjunkan delapan KRI yang silih berganti mengamankan Perairan Natuna dari ancaman kapal asing yang ingin mengeruk kekayaan sumber daya perikanan di perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia tersebut. (ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT)

Foto dan Teks : Antara Foto (M Risyal Hidayat)

China Tambah Coast Guard

Sebelumnya, Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksmana Madya TNI (Purn) A Taufiq R mengatakan sudah melaporkan ke Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terkait penguatan coast guard China di sekitar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) Perairan Natuna Kepulauan Riau, Selasa (7/1/2020) pagi.

Dalam laporannya kepada Retno, Taufiq mengatakan saat ini masih ada dua kapal coast guard China di wilayah ZEEI.

Selain itu ia juga melihat ada tiga kapal coast guard di luar ZEEI.

Dua di antara tiga kapal tersebut berada di dekat Kepulauan Nansha atau Spratly Island

“Yang jelas tadi pagi sudah laporan Kepada Menteri Luar Negeri bahwa masih ada dua coast guard mereka di sekitar situ.

Ada satu di luar, ada dua yang memperkuat di atas, di Nansha,” kata Taufiq di kantor Kemenko Polhukam Jakarta Pusat pada Selasa (7/1/2020).

Namun ia belum bisa memastikan, tujuan penguatan tersebut.

Sejauh ini ia menduga akan ada pergantian patroli coast guard China di wilayah tersebut.

“Mungkin akan ada pergantian patroli mereka. Apakah penguatan itu untuk memperkuat atau mengganti, nanti kita akan lihat,” kata Taufiq.

Selain itu ia juga melihat ada kapal logistik di antara kapal-kapal coat guard tersebut.

“Ada juga saya lihat mereka menyiapkan kapal logistik,” kata Taufiq.

Jet tempur F-16 TNI dikerahkan

Untuk memperkuat operasi pengamanan, TNI mengadakan Operasi Lintas Elang 20 yang  dipusatkan di perairan Natuna.

Dalam operasi lintas elang 20, TNI mengirim pesawat F-16 dan sejumlah personel TNI.

Dikutip dari tayangan Kompas Petang, Selasa (7/1/2020), Komandan Lanud Roesmin Nurjadin, Marsma Ronny Irianto Moningka menyebut pengiriman ini telah sesuai dengan perintah Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto.

“Sesuai dengan perintah Panglima TNI, diberikan perintah untuk melakukan Operasi Lintas Elang,” ujar Marsma Ronny Irianto Moningka.

Marsma Ronny Irianto  juga menyebut jika Operasi Lintas Elang  merupakan operasi rutin.

Marsma Ronny Irianto Moningka mengatakan dalam upaya pengamanan di perairan Natuna,

TNI melakukan operasi elang 20 dengan menerjunkan beberapa pesawat F-6 dan sejumlah personil TNI

Pada kesempatan ini, operasi tersebut dilaksanakan di perairan Natuna.

“Sebenarnya ini adalah operasi rutin, cuma wilayahnya sebenarnya wilayah barat, untuk kali ini operasinya bertempat di Natuna,” imbuhnya.

Pengamanan dan pengawasan di perairan Natuna menjadi perhatian TNI dan Polri.

Selain bantuan personel TNI dan Polri, patroli pengamanan dan pengawasan di perairan Natuna juga berkodinasi dengan pemerintahan daerah yang berada di kabupaten dan provinsi.

Selain pengawasan yang dilakukan di jalur laut , pengawasan terhadap perairan Natuna juga dilakukan melalui udara.

Atas masuknya kapal-kapal Tiongkok di Natuna tersebut, TNI menyebut ini merupakan sebuah upaya provokasi.

Upaya provokasi tersebut diduga sengaja dilakukan untuk memancing Indonesia.

Untuk itu, Indonesia akan mengedepankan pengamanan di Natuna dengan memperhatikan hukum-hukum Internasional.

Bupati Natuna, Hamid Rizal juga meminta TNI dan Polri terus melakukan pengamanan dan pengawasan di Laut Natuna utara.

“KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan mungkin Satpol Air kiranya bisa lebih continue meningkatkan pengawasan di wilayah perbatasan laut kita, utamanya laut Natuna Utara,” ujar Hamid Rizal.

Dengan adanya langkah pengamanan terhadap nelayan-nelayan Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, maka perasaan aman dari gangguan-gangguan pihak asing bisa tercipta.

Bupati Natuna, Hamid Rizal meminta pengamanan di perairan Natuna bisa dilakukan, terlebih untuk melindungi nelayan-nelayan Indonesia yang mencari ikan di sana

“Sehingga nelayan-nelayan Natuna dalam melaut itu merasa aman, tidak ada gangguan dari pihak-pihak asing,” tambahnya.

Menanggapi persoalan Natuna, Menteri Polhukam, Mahfud MD hari ini, Selasa (7/1/2020) memimpin rapat kordinasi khusus penanganan laut.

Mahfud MD menyebut, sekarang ini masih terdapat tumpang tindih sejumlah aturan terkait kelautan dan kemaritiman.

Mantan Ketua MK tersebut yakin penyelarasan aturan terkait pengamanan laut akan bisa diselesaikan pada tahun ini.

“Di dalam praktek, penanganan kelautan kita didasarkan pada kewenangan berbagai undang-undang yang berbeda, dan kadang bisa timbul masalah,” ujar Mahfud MD.

“Laporan pertama dulu ditemukan 17 (UU). Sementara hari ini di meja saya tercatat ada 24 UU yang menyangkut itu (kelautan), ditambah 2 PP yang juga agak tumpang tindih,” ujar Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2020),” tambahnya.

Atas peraturan yang tumpang tindih itu, Mahfud berdiskusi dengan sejumlah perwakilan kementerian dan lembaga.

Menteri Polhukam Mahfud MD mengatakan masih terdapat tumpang tindih terkait aturan kelautan Indonesia
Pertemuan itu sekaligus membicarakan permasalahan pengamanan laut Indonesia. (cdn.wan)