
CDN, Sumbawa Barat– Kabupaten Sumbawa Barat kembali sukses dibidang pertanian dengan bukti terjadi surplus 32.644,94 ton beras tahun 2025.
Keberhasilan Kabupaten Sumbawa Barat dibidang pertanian tentu tidak lepas dari intervensi pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang membantu para petani sejak musim tanam hingga musim panen tiba.
Perhatian pemerintah akan ketersediaan pupuk patut diapresiasi, dimana kelangkaan pupuk hampir tidak terdengar diawal musim tanam tahun 2025 ini. Pemerintah lewat Dinas Pertanianpun terus mengarahkan petani pada arah transformasi pertanian dari pola tradisional menuju pola modern, Alsintan sebagai salah satu indikator keberhasilan petani terus disiapkan dan dilengkapi.
Prasarana pertanian sebagai landasan dasar dalam meningkatkan produksi padi serta menurunkan biaya tanam dihadirkan oleh pemerintah. Sumur bor dalam, sumur bor dangkal, jalan usaha tani, saluran irigasi sekunder dan tersier hingga perlindungan berupa Asuransi Usaha Tani Padi disiapkan oleh pemerintah daerah. Terakhir, baru-baru ini dalam mengatasi berkurangnya buruh panen padi, Pemerintah Daerah telah mengadakan 10 unit combine harvester yang terpusat di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat, Jamilatun, SP.,M.M.Inov melalui Kepala Bidang Produksi, Muhammad Syamsul Rizal, Jum’at (17/10/2025) mengatakan bahwa kebijakan dan perhatian serius pemerintah melalui Dinas Pertanian telah membuahkan hasil nyata, dimana Kabupaten Sumbawa Barat mengalami surplus beras sebanyak 32.644,94 ton.
Rizal sapaa akrab Kabid disapa mengatakan bahwa luas tanam di Kabupaten Sumbawa adalah 12.674,39 Ha, sementara luas panen mencapai 14.259,80 Ha.
“Dari luasan lahan tersebut, petani kita dapat memproduksi gabah gering panen 90.730,83 ton, dan beras sebanyak 47.802 ton. Produksi beras itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kebutuhan beras perkapita/tahun masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat yang ada diangka 98,7 Kg/perkapita/tahun. Apabila dihitung dengan jumlah penduduk (153.570 jiwa x 98,7 Kg) maka ketemulah angka 15.157,36 ton beras. Artinya, lebih banyak jumlah produksi (47.802 ton beras) dengan jumlah konsumsi masyarakat (15.157,36 ton beras). Selisih angka ada di margin 32.644,94 ton beras, itulah angka surplus beras kita,” pungkas Rizal.
Apa yang dicapai oleh Kabupaten Sumbawa Barat secara langsung linier dengan cita-cita pemerintah pusat yang menginginkan swasembada pangan. Menariknya, target pemerintah pusat yang menargetkan swasembada pangan takan terjadi ditahun ke 4 pemerintahan Prabowo berubah menjadi 1 tahun. Berdasarkan informasi dari laman media terpecaya nasional, menteri pertanian RI Amran Sulaiman mengatakan Indonesia akan swasembada pangan tahun 2025 ini, tepatnya tinggal 2 bulan lagi.
Bukti nyata bahwa akan terjadi swasembada pangan dapat dilihat dari peningkatan produksi beras nasional yang surplus hingga mencapai 4,86 juta ton pada September 2025, stok pemerintah yang tertinggi sepanjang sejarah, serta pengakuan internasional dari lembaga seperti Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dan FAO menjadi bukti nyata lompatan besar sektor pertanian Indonesia.
Muhammad Syamsul Rizal mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat terus berupaya meningkatkan produksi pangan, upaya-upaya nyata telah dilakukan secara jelas. Peningkatan prasanara pertanian diprioritaskan, peningkatan SDM petani dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pun dilakukan, Dianas Pertanianpun memberikan perhatian serius pada bidang penerapan teknologi pertanian. Penerapan teknologi pada bidang pertanian telah mengantarkan Kabupaten Sumbawa Barat menjadi perwakilan NTB di Pekan Nasional KTNA XVII (PENAS KTNA XVII) yang direncanakan Dipusatkan di Gorontalo bulan Juni 2026. Adapun inovasi yang diciptakan oleh para petani KSB adalah Paha SiMala.
“Alat ini (Paha SiMala, red) ditemukan oleh petani kita dari Kecamatan Brang Rea, alat ini berfungsi mengendalikan hama serangga padi (iduk hama) dan menggunakan sistem kerja yang cukup canggih namun biaya yang relatif murah dan bisa dijangkau oleh para petani. Alat ini dapat difungsikan pagi dan malam menggunakan timer yang diatur secara otomatis, bahan bakunya dapat dijumpai di pasar-paras lokal,” ujar Rizal
Selain bahan baku dapat dijumpai dipasar lokal, alat ini juga sangat murah dan apabila diproduksi secara massal makan harganya dapat dijangkau oleh petani. Alat ini dibuat sesederhana mungkin sehingga menekan biaya pembuatan. Harga Paha SiMala dibawah Rp. 1.000.000,-. Lanjut Jamilatun, Pembuatan alat pengendali hama ini melibatkan petani millenial, keterwakilan petani wanita dan petani dewasa dari Brang Rea. Paha SiMala dapat bekerja secara otomatis tanpa perlu pengawasan manual.
“Para tim juri saat itu sangat tertarik dengan temu karya ciptaan petani Sumbawa Barat, spesialnya karena alat ini dapat diatur waktu penggunaannya, dan ini temuan terbarukan dan belum ada di NTB. Alat ini juga dapat menekan penggunaan pestisida kimia yang dapat menggangu lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia, serta daya tahan alat dapat digunakan hingga 3 tahun.” terang Rizal.
Dengan keberhasilan ini, tentu kita berharap masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat menekuni dan mau menjadi petani modern. Lanjut Rizal, Pemerintah Daerah serius memajukan sektor pertanian, dan pemerintah pusat sangat menghargai petani dengan menetapkan standar harga gabah yang sangat tinggi. “Menjadi petani itu hebat,” tutup Muhammad Syamsul Rizal. (cdn.wan)