Amiruddin :”Kelompok Wanita Tani Harus Jeli Melihat Peluang Pasar”
CDN, Sumbawa Barat– Hampir sebulan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sumbawa Barat (DKP KSB) turun lapangan melakukan monitoring dan evaluasi keseluruh Kelompok Wanita Tani yang tersebar di wilayah KSB. Monitoring dan evaluasi kali ini dilakukan untuk memastikan bahwa bantuan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) tahun anggaran 2021 berjalan sesuai apa yang diharapkan dan sesuai dengan usulan kegiatan yang tertuang dalam rencana penggunaan uang (RPU) masing-masing kelompok.
Untuk itulah, DKP KSB pada Kamis Pagi (16/09/2021) kembali menggelar rapat dengan pendamping kelompok dan pegurus masing-masing kelompok. Rapat yang digelar hari ini dimaksudkan untuk sosialisasi hasil monitoring sekaligus melakukan diskusi seputaran kendala dalam kelompok serta mendengarkan progres dari tahapan pertama sebelum masuk pada tahap penanaman untuk KWT pertumbuhan.
Memimpin rapat, Kepala Bidang Konsumsi Amiruddin, M.Si didampingi oleh Kepala Seksi Konsumsi dan Pengamanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan KSB, Diany Widyastuti, SP. menjelaskan bahwa kelompok haruslah bersungguh-sungguh dalam menjalankan kegiatan ini. Kegiatan pemanfaatan pekarangan pangan lestari ini memang tidaklah begitu memberikan dampak instan dalam membantu kelompok sejahtera, namun ia meyakini bahwa apabila dijalankan dengan sungguh-sungguh dan hati nurani maka manfaatnya sangat banyak untuk keluarga dan masyarakat.
“Saya menginginkan nanti di tahapan penanaman (tahap 2) kelompok menanam satu jenis tanaman buah-buahan, jangan terlalu bervariasi karena itu dapat menyulitkan dalam pemasaran dan tidak bisa masuk pasar. Tanamlah satu jenis agar hasilnya lebih banyak dan menjadi ciri khas di desa tersebut, ini akan mempermudah promosi dan dengan jumlah yang banyak maka pasar akan menerimanya,” pungkas Amir.
Selama kami melakukan evaluasi dan monitoring, Lanjut Amir. Masih ada kelompok yang dalam menjalankan kegiatannya tidak sesuai dengan RPU. Dalam RPU dijelaskan bahwa anggaran akan digunakan untuk membeli aneka jenis sayur-sayuran, namun di rumah bibit hanya ada 5 atau 8 jenis sayur mayur yang tumbuh. Ini menjadi catatan dan kedepan ini tidak boleh terjadi. “Saya berharap agar apa yang ada di RPU, adapula di lokasi kelompok,” ujarnya.
Masih dijelaskan oleh Kabid Konsumsi, kelompok haruslah aktif berkoordinasi dengan pendamping. Pendamping adalah salah satu ujung tombak keberhasilan kelompok wanita tani. Jika koordinasi terputus maka dipastikan kelompok tersebut akan ketinggalan.
“Pendamping pun telah mengetahui tugasnya, Dinas berharap agar para pendamping membantu para kelompok, mengarahkan dan membuatkan laporan bulanannya. Ingat bahwa masih banyak orang lain yang ingin menjadi pendamping, jadi bekerjalah sesuai dengan apa yang harus dikerjakan,” tegas Amiruddin.
Sementara ditempat yang sama, Kepala Seksi Konsumsi dan Pengamanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan KSB, Diany Widyastuti, SP. lebih menekankan pada tehknis kegiatan dan penggunaan uang tahapan kedua. Kasi yang dikenal ramah namun tegas ini mengatakan bahwa anggaran yang digunakan kelompok adalah uang negara, kelompok haruslah bisa maju dan menunjukkan bahwa bantuan ini memang layak KWT yang ada dalam ruangan rapat mendapatkannya.
“Secara umum dilapangan tidak ada hambatan, secara garis besar KWT telah menuntaskan pembuatan fisik rumah bibit dan demplot, kalaupun ada yang tidak tumbuh lebih dikarenakan oleh faktor kesuburan tanah dan lokasi kelompok yan jauh dari sumber air. Semoga kendala ini bisa diatasi dan inilah fungsi dari pendamping untuk memberikan solusi,” beber Tuty akrab kasi ini disapa.
Dalam rapat tersebut, semua kelompok wanita tani dan kelompok tani (15 kelompok, red) memberikan laporan dan progres lapangan. Ada kelompok yang telah berhasil hingga tingkat pemasaran dan adapula sedikit kelompok yang bibitnya mati karena faktor tanah yang tandus dan kondisi air yang asin. Selain itu, adapula kelompok yang bibit sayurannya mati disebabkan oleh serangan hama, seperti yang dialami oleh kelompok di Desa Mantun.
Untuk kelompok wanita tani Desa Mata Iyang, pada kesempatan itu, pendamping dan ketua kelompok melaporkan bahwa mereka sangat kesulitan air, tidak jarang mereka harus mengambil air di sungai yang cukup jauh dengan ember. Sementara untuk kelompok lainnya, rata-rata tanaman yang ada di demplot sudah berbuah dan dipanen untuk dijual. Ada kelompok yang memiliki kas Rp. 500.000,- dan adapula kelompok yang memiliki kas lebih dari Rp. 1.000.000,-. Kas-kas itu berasal dari penjualan sayur mayur yang ada di demplot.
Kepala Bidang Konsumsi Amiruddin, M.Si. dan Kasi Konsumsi dan Pengamanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan KSB, Diany Widyastuti, SP. menilai bahwa tahapan pertama untuk KWT pertumbuhan masih berjalan normal, sementara untuk KWT pengembangan diharapkan bisa lebih baik dari KWT pertumbuhan karena memang mereka sudah berpengalaman sebelumnya.
Amiruddin dan Diany Widyastuti diakhir rapat menekankan kembali KWT pertumbuhan, bahwa ini adalah masa penilaian, walaupun anggaran ini berasal dari pokok pikiran anggota DPR, bisa jadi karena hasilnya tidak memuaskan, KWT tersebut tidak terdaftar dalam penerima bantuan untuk program pengembangan.
Sebelum berita ini diturunkan, dapat diinformasikan bahwa Rapat di Dinas Ketahanan Pangan antara Bidang Konsumsi dengan 15 kelompok wanita tani dan kelompok tani menerapkan protokol kesehatan. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh staf yang ada di Bidang Konsumsi dan para pendamping kelompok. Rapat berjalan aman dan diskusipun berlangsung lancar. (cdn.wan)