Sumbawa Barat, CDN- Kepala Desa Kiantar, Hasbullah sangat mengecam adanya bahasa yang mengatasnamakan masyarakat Desa Kiantar menolak pembangunan bandara di wilayahnya.
Bahasa yang digulirkan beberapa hari ini sangat mengecewakan dan terkesan bahwa seluruh warga Desa Kiantar menolak adanya rencana pembangunan bandara di Desa Kiantar. “Bahasa itu tidak pernah ada di Desa Kiantar, sedari awal sejak dilakukan sosialisasi pertama oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Barat disimpulkan bahwa semua yang menghadiri rapat sosialisasi tersebut sangat setuju”, pungkas Hasbullah pada media ini, Selasa (18/05/2021), diruang kerjanya.
Dirinya dan tim yang telah dibentuk lagi gencar melakukan sosialisasi pada masyarakat yang lahannya akan dijadikan landasan bandara tersebut. Semuanya berperan aktif, baik dari pihak kecamatan, Babinsa, babinkamtibmas dan tidak ketinggalan pihak desa dan tim yang dibentuk.
Terkait adanya kabar diluar yang membawa nama masyarakat Desa Kiantar menolak pembangunan bandara, itu telah diikuti oleh kades Hasbullah. Kabar tersebut sangat disesalinya karena tidak semua masyarakatnya menolak. “itu hanya beberapa orang dan itupun lebih pada negosiasi harga lahan, ketika harganya sudah menemui titik tengah maka insyaAllah rencana tersebut akan jalan sesuai keinginan bersama. Saya segera menyampaikan keinginan warga tersebut pada tim, baik secara tertulis maupun secara lisan”, bebernya.
Ketika media ini menanyakan prihal adanya spanduk yang dinaikkan oleh beberapa orang diwaktu yang lalu, kades Hasbullah membenarkan bahwa memang ada spanduk tersebut, namun ia menepis bahwa spanduk itu dibuat oleh masyarakat Desa Kiantar.
“Saya pastikan spanduk itu tidak dibuat oleh masyarakat saya, spanduk itupun dibawa dari luar. Saya telah memanggil tempat spanduk dibentangkan, setelah saya tanya pemilik rumah, diketahui bahwa pemilik rumah tidak mengetahui pesan yang ada di dalam spanduk, inilah yang saya sesalkan”, ujar Hasbullah.
Hasbullah memaparkan bahwa warga yang masih belum mau melepaskan tanahnya tinggal 7 orang dari puluhan orang yang tanahnya akan dijadikan lahan bandara, itupun tinggal melakukan komunikasi intens. Jika ditemukan harga yang pas maka semuanya akan berjalan.
Sementara ditempat yang sama, salah satu tokoh masyarakat Desa Kiantar, Indermawan kepada media ini mengapresiasi langkah yang diambil oleh pemerintah daerah untuk membangun badara di desanya. Iapun menjelaskan hal yang sama seperti yang disampaikan oleh Kades Kiantar, Hasbullah. Menurutnya, sosialisasi dan pertemuan sudah dilakukan beberapa kali. Dipertemuan awal yang dihadiri oleh Bupati Sumbawa Barat menghasilkan suatu keputusan bahwa masyarakat setuju bandara dibangun di Desa Kiantar.
Dirinya tidak menepis bahwa ada sebagian warga yang menolak, namun kebanyakan yang menolak adalah warga yang tidak mempunyai lahan.
“Saya juga heran, justru orang yang tidak mempunyai lahan yang sangat getol dan bersuara lantang untuk menolak pembangunan badara ini. Sementara masyarakat yang mempunyai lahan cenderung tidak bersuara dan rata-rata menyetujui rencana pemerintah ini”, terangnya.
Diakhir wawancara, Indermawan sangat mengapresiasi harga tanah yang ditelaah dikeluarkan oleh tim Appraisal yaitu terendah diangka 427 Juta/Ha dan tertinggi diangka 527 Juta/Ha. Namun setelah melakukan penjajakan, didapati keinginan warga yang ingin agar harga lahan disamaratakan yaitu 527 Juta/Ha. Alasannya adalah karena penggunaan lahan tersebut sama yaitu sebagai landasan pacu bandara. (cdn.wan)