CDN, Sumbawa Barat– Memastikan situasi wilayah tetap kondusif jelang pembangunan Pabrik Smelter di Kawasan Industri Maluk, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat-NTB, Lembaga Swadaya Masyarakat Bengkas Maluk Nusantara dan Lembaga Adat Tana Samawa Kecamatan Maluk (LATS Maluk) terus gencar bersilaturrahmi dengan tokoh masyarakat, agama dan pemerintah.
Sembari rutin melakukan aktivitas sosial kemasyarakatan seperti gotong royong dan cipta kondisi alam yang natural, LSM BMN dan LATS Maluk juga tergugah dan merupakan bagian penting dalam menjaga kondusifitas wilayah lingkar tambang (Sekongkang, Maluk, Jereweh). Sehingganya, akhir-akhir ini, kedua lembaga tersebut bergandengan tangan turun ketengah-tengah masyarakat.
Ketika media ini menemui kedua lembaga tersebut pada, Rabu pagi (09/02/2022), ketua LSM BMN, Boy Burhanuddin Teta dan Ketua LATS Maluk, Jhon Rayes, S.Ap tengah bersilaturrahmi dengan Pemerintah Kecamatan Jereweh.
Pada media ini, Boy mengatakan bahwa apa yang dilakukannya adalah ikhtiar untuk mewujudkan mimpinya mengembalikan perekonomian Maluk seperti sedia kala. Itu dapat tercapai dengan syarat, Pabrik Smelter dibangun di Maluk. Begitupula yang dikatakan oleh Jhon Rayes, bahwa masyarakat Lingkar Tambang khususnya dan masyarakat KSB umumnya sangat menanti Smelter. Telah banyak pengorbanan yang telah dilakukan untuk mewujudkan mimpi itu. Sehingganya, agar mimpi itu tercapai dan perjuangan itu tidak sia-sia, maka salah satu syarat utamanya adalah kondisi wilayah haruslah kondusif. Ini yang tengah dibangun saat ini oleh kedua lembaga tersebut.
“Bengkas sangat mendukung investasi di KSB, untuk itu kami bersama LATS Maluk terjun kelapangan untuk bertemu dengan tokoh masyarakat dan pemerintah. Syarat Maluk bisa maju adalah adanya investasi di Maluk. Kini banyak sekali investor yang hendak berinvestasi di Maluk sehubungan dengan dimulainya pembangunan Pabrik Smelter, maka sudah barang tentu investor ini harus disambut dengan baik, rasa nyaman dan aman,” tukas Boy.
Sementara Ketua LATS Maluk, Jhon Rayes S.Ap lebih menekankan pada nilai-nilai dan kebudayaan masyarakat tanah Sumbawa. Masyarakat Sumbawa selalu mengedepankan “adat, edap dan adap”. Ketiga istilah itu adalah pegangan “Tau Samawa” (orang Sumbawa, red), takut berbuat jelek dan meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT.
“Investor yang berinvestasi adalah tamu, terimalah mereka selayaknya menerima kedatangan tamu di rumah kita. Orang Sumbawa sangat memuliakan tamunya, sehingga apabila sudah seperti itu, maka tamu-tamu akan kerasan dan akan meninggalkan kesan yang baik tentang Sumbawa.” Ujar Jhon.
Dilanjutkan oleh Jhon Rayes, semua pihak harus satu bahasa dalam setiap perbuatan, seperti apa yang kita baca di Kantor Camat Jereweh ini “Sai Ling Dalam Gawe”. Pribahasa Sumbawa itu menegaskan bahwa kita harus satu bahasa. Tidak ada yang melangkahi atau beda persepsi. Apalagi dalam mengawal smelter, masyarakat harus mendukung langkah pemerintah, begitupula pemerintah harus amanah dalam memperjuangkan nasib rakyat.
Sementara ditempat yang sama, Camat Jereweh mangatakan bahwa mendukung penuh langkah yang dilakukan oleh LSM BMN dan LATS Maluk. Camat Jereweh Hasan, SE. mengapresiasi langkah positif kedua lembaga tersebut, ini memang sangat dibutuhkan oleh pemerintah dalam menghadirkan smelter di Maluk. “Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat khususnya Kecamatan Jereweh selalu bersinergi dengan lembaga dan organisasi kepemudaan, tidak akan tercapai suatu cita-cita jika pemerintah tidak berjalan seiring seirama dengan lembaga penggiat sosial kemasyarakatan,” beber Hasan.
Hasan, SE juga memaparkan bahwa memang masyarakat sangat menanti kehadiran Smelter, kondisi wilayahpun sangat kondusif dan masyarakat Jereweh khususnya siap menyambut para investor yang akan berinvestasi di KSB. (cdn.wan)