Hadapi Musim Tanam 2021/2022, Distan KSB Koordinasi Pembagian Air

Hadapi Musim Tanam 2021/2022, Distan KSB Koordinasi Pembagian Air

CDN, Sumbawa Barat– Menghadapi rencana tanam 2021-2022, Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat (Distan KSB) bekerjasama dengan DPUPR KSB saat ini tengah melakukan koordinasi persiapkan pembagian air. 

“Setelah pembagian selesai dibahas oleh komisi pengairan maka barulah melangkah pada rencana tanam petani. Misalnya sebagai contoh, kelompok tani B di kecamatan A di lokasi irigasi C akan akan mendapatkan air pada tanggal sekian. Jadi mereka dapat mengatur jadwal penanaman,” pungkas Suhadi, SP., M.Si.

Penentuan jadwal air pada setiap daerah irigasi akan ditentukan oleh kesediaan air di bendungan. “Informasi yang saya dapatkan dari DPUPR KSB bahwa ketersediaan air di bendungan Kalimantong 2 saat ini cukup, pun demikian dengan bendungan Kalimantong 1. Jadi, mendukung untuk dilakukan penanaman,” imbuhnya.

Kepala Dinas Pertanian KSB, Suhadi, SP., M.Si. juga menjelaskan sedikit tentang jadwal tanam yang sepenuhnya dipengaruhi oleh musim penghujan. Menurutnya, musim penghujan di KSB akan diawali pada akhir Oktober. “Saat ini belum masuk musim penghujan, memang beberapa hari yang lalu, hampir disemua wilayah KSB diguyur hujan. Namun itu bukanlah awal musim hujan, hujan tersebut disebabkan oleh anomali cuaca,” beber Suhadi.

Musim penghujan berkaitan erat dengan peralihan angin timuran yang berhembus dari Australia, kemudian peralihan angin ini akan memicu terjadinya hujan. Itu terjadi pada akhir Oktober sekaligus akhir kemarau di tahun 2021 dan awal musim penghujan di Indonesia dan NTB.

Terkait dengan daerah irigasi, Suhadi menjelaskan daerah-daerah irigasi yang diandalkan saat ini untuk mengairi areal pertanian di wilayah KSB. Untuk wilayah Kecamatan Taliwang, Brang Ene dan Brang Rea masih mengandalkan Kalimantong 1 dan 2. Sementara di Kecamatan Jereweh ada bendungan di Elang Desa yang kewenangannya ada di provinsi. 

Persiapan untuk menghadapi musim tanam tahun 2021/2022 (akhir Oktober), Dinas Pertanian KSB melakukan koordinasi persiapan seperti pembagian air. Kemudian menetapkan rencana jadwal tanam yang sepenuhnya akan disampaikan oleh PPL, jadwal tanam ini sekaligus dibarengi dengan komoditi yang akan ditanam. Setelah itu, yang tidak kalah pentingnya adalah melihat ketersediaan pupuk. “Pertanian akan melihat ketersediaan pupuk berdasarkan jadwal tanam disejumlah wilayah. Misalnya dibulan oktober berapa hektar, bulan november berapa hektar areal yang ditanam dan seterusnya. Dinas Pertanian akan menghitung dan mencermati secara terperinci sehingga jikalau ada kekurangan pupuk maka Distan KSB akan mudah menemukan solusinya,” beber Suhadi.

Distan KSB telah memiliki data base jumlah kelompok tani, luas lahan, lokasinya dimana. Sehingga kebutuhan akan pupuk tiap petani diketahui. Lanjut Suhadi, namun yang penting diingat adalah bahwa pupuk bersubsidi hanya dialokasikan untuk luas lahan 2 Ha. Sementara petani yang memiliki luas lahan 10 Ha atau diatas 2 Ha di dalam kelompok, maka petani bersangkutan wajib membeli pupuk non subsidi untuk mencukupi sisanya (di luar 2 Ha).

Diakhir wawancara, Kadis Pertanian KSB menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada istilah kelangkaan pupuk, karena Distan KSB telah mengirimkan data kebutuhan pupuk bersubsidi berdasarkan RDKK ke pusat. Pupuk bersubsidi memang terbatas (terbatas untuk luas 2 Ha/petani), maka untuk mengatasi kekurangan pupuk, petani harus membeli pupuk non subsidi. “Seandainya kebutuhan pupuk untuk 1 Ha adalah 200 Kg maka petani harus membeli 100 Kg pupuk non subsidi, karena pupuk subsidi hanya menanggung 50 % dari total 100 % kebutuhan pupuk untuk 1 Ha. Kondisi inilah yang sering disebut bahwa pupuk itu langkah, dan memang daya beli petani untuk membeli pupuk non subsidi juga beragam,” tutup Suhadi, SP., M.Si. 

Sebelum berita ini diturunkan, berdasarkan rekam digital media ini terkait upaya Distan KSB dalam memenuhi ketersediaan pupuk untuk petani di KSB, bahwa Distan KSB sudah melakukan sosialisasi penggunaan pupuk secara berimbang, ini dimaksudkan agar kebiasaan yang salah tentang pemupukan oleh petani KSB dirubah. Selain itu, penyuluh atau petugas Distan KSB telah memberikan gambaran pada petani bahwa banyak jenis pupuk yang bisa digunakan dan tidak jauh bagus khasiatnya dari pupuk urea misalnya, namun petani KSB sudah kendung menganggap bahwa hanya urea yang bagus. Paradigma inilah yang tengah diupayakan dirubah oleh Distan KSB dengan melakukan sosialisasi penggunaan pupuk secara berimbang. (cdn.wan**)