Sumbawa Barat, CDN- Dilansir dari media Bidikan Cameranews.com edisi Kamis 20 Mei 2021. Konflik Pro dan Kontra atas rencana pembebasan lahan 120 Ha di Desa Kiantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat dilatarbelakangi oleh adanya rencana pembangunan bandara baru di Wilayah Desa Kiantar yang berakibat pada terjadinya alih fungsi lahan pertanian.
Penolakan pembangunan bandara tersebut diduga dilakukan oleh oknum aktivis dan pihak lain dari luar Desa Kiantar dengan berupaya memprovokasi masyarakat agar tidak melepas lahannya yang terkena pembebasan ganti untung dengan pembagunan bandara itu.
Hasil investigasi tim media di Desa Kiantar, Kamis( 20/05/2021), ditemukan bocoran percakapan melalui Watshaap terkait adanya spanduk penolakan warga atas pembebasan lahan tersebut, diduga kuat adanya oknum aktivis yang menyuplai kain spanduk dan cat yang dibuat di salah satu rumah warga di Desa Kiantar dengan berupaya memprovokasi warga agar tidak menjual lahannya guna kepentingan pembangunan Bandara Udara.
Hasil wawancara tim media dengan pemilik lahan Saudara Sabarudin (31), warga Desa Kiantar mengatakan bahwa, pemilik lahan pada dasarnya bukan menolak pembangunan bandara, hanya saja masih terbentur masalah harga negoisasi lahan yang belum menemukan titik temu.
“Intinya bukan menolak menjual, akan tetapi belum ada kesamaan harga tertinggi sesuai yang dikatakan Bupati, kalau memang disamaratakan dengan harga tertinggi, saya yakin masyarakat mau menjual lahannya”, kata Sabarudin.
Sabarudin juga meminta kepada Warga Kiantar yang terkena dampak lahan pembangunan bandara tersebut untuk tidak terpancing oleh hasutan-hasutan pihak lain yang ingin menunggagi masyarakat guna mencari kepentingan pribadi, karena kalau dilihat situasi saat ini sebagian masyarakat yang awalnya menyetujui pembebasan kini kembali menolak. Hal ini diakibatkan adanya oknum aktivis dan pihak lain yang berupaya mempengaruhi warga Kiantar untuk kepentingannya.
“Saya minta aparat penegak hukum agar segera menindak tegas oknum aktivis atau pihak lain yang memprovokasi masyarakat Kiantar agar tidak mau melepas lahannya untuk pembangunan bandara tersebut”, kata Sabarudin.
Hingga saat ini, sudah ada beberapa warga yang telah membuat rekening, sebagian lagi masih ada yang melakukan negoisasi masalah harga sehingga belum ada titik temu, serta memang ada beberapa warga yang tidak mau sama sekali lahannya dijual.
Sabaruddin menjelaskan bahwa saat sosialisasi awal oleh Bupati Sumbawa Barat, tidak ada satupun warga yang menolak ataupun memprotes, seiring berjalannya waktu, tiba-tiba adanya beberapa warga yang melakukan penolakan pembebabasan. “Hal ini dikarenakan adanya oknum aktivis dan pihak lain yang mencuci otak warga Kiantar agar tidak mau menjual lahannya dengan berbagai pandangan dan alasan, hal ini tidak boleh dibiarkan ”, Tutup Sabarudin mantap. (cdn.wan)