Taliwang, centraldita- Kabupaten Sumbawa Barat, NTB, adalah salah satu kabupaten dengan angka putus sekolah paling rendah.
Rendahnya angka putus sekolah tersebut disebabkan oleh perhatian besar pemkab Sumbawa Barat terhadap dunia pendidikan. Itu ditambah lagi oleh suporting dari sumber daya manusia disektor pengelolaan pendidikan dan kependidikan.
Salah satu contohnya adalah dianggarkannya bus pelajar tahun 2017 oleh Dinas Pendidikan Dan kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Bus pelajar itu berjumlah 3 unit dianggarkan lewat APBD dengan nilai 2,1 Millyar
Sekretaris Dikbud, Agus, S.Pd., M.Pd. yang akrab disapa Agus menjelaskan bahwa bus pelajar yang dimiliki Dikbud telah membantu para siswa murid berangkat ke sekolah. Jika dahulu banyak siswa yang tidak bisa melanjutkan sekolah (putus sekolah) kejenjang selanjutnya karena akses sekolah yang jauh kini dapat terbantukan. Layanan Bus Pelajar inipun gratis.
Agus menambahkan, “untuk sebagian daerah terpencil, dinas telah mengadakan kendaraan roda tiga (tossa). Tossa ini diperuntukkan diwilayah-wilayah teepencil seperti di Desa Sedong dan Omal Sapa. Kenapa harus menggunakan tossa padahal jalan sudah di Aspal? Agus mengatakan bahwa jumlah siswanya tidak terlalu banyak. Jadi masih bisa di hendel oleh kendaraan roda tiga.”
“Saat ini kami memiliki tiga unit bus pelajar dan satu unit kendaraan roda tiga. Satu bus pelajar ditempatkan di Kecamatan Seteluk dan Poto Tano, Satu di Kecamatan Taliwang serta satunya lagi di wilayah Kecamatan Brang Ene. Masing-masing bus dikendarai oleh satu orang supir dan baru-baru ini kami tambahkan seorang knek,” Beber Agus.
Keberadaan bus pelajar ternyata telah mendapat tempat dihati masyarakat terutama wali murid siswa. “Pernah suatu ketika bus pelajar tersebut tidak beroperasi disebabkan supirnya sakit, kebetulan waktu itu belum ada knek yang bisa menggantikan supir tersebut, langsung Kami diprotes lewat telepon oleh wali murid. Dari situlah kami menarik kesimpulan bahwa bus pelajar sangat bermanfaat serta menjadi bagian yang tidak bisa disepelekan dalam mencegah siswa putus sekolah,” imbuh Agus.
Mengenai rencana penambahan unit bus pelajar, saat ini Dinas tengah melihat peluang dan skala prioritas utama dari standar layanan minimal pendukung pendidikan. Usulan pengadaan bus pelajar sudah disampaikan dalam rapat dan memang ada usulan ketika menggelar kegitan rutin YASINAN (Layanan Setara Inklusif Andalan) di kediaman Bupati Sumbawa Barat. Dinas akan mengkaji karena yang paling mendesak saat ini adalah kebutuhan sarpras utama seperti bangku dan meja.
“Saat ini Dinas sedang fokus memenuhi kebutuhan bangku dan meja belajar. Dari laporan bulanan rutin sekolah, rata-rata membutuhkan bangku dan sekolah, namun tidak menutup kemungkinan kami akan menganggarkan bus pelajar tersebut. Apakah di APBD Perubahan atau di APBD 2021. Kota lihat saja,” Pungkas Agus, S.Pd,. M.Pd.
Bus pelajar jarang disorot, namun walau jarang disorot, dia tetap eksis mengawali tugasnya dari jam lima subuh hingga berakhir menjelang siswa pulang sekolah. Bus pelajar yang bertuliskan ikhlas, jujir, sungguh-sungguh tidak terlalu pandai tetapi ia paham dalam diam. (cd.wan**)