Taliwang, centralditanews- Sesuai dengan komitmennya untuk memenuhi hak-hak dasar masyarakat, Bupati Sumbawa Barat, Dr. Ir. H. W. Musyafirin, MM dan Wakil Bupati Sumbawa Barat, Fud Syaifuddin, ST langsung bekerja menjalankan visi-misi yang telah terkonsep dengan matang.
Beberapa program andalan dikerjakan hingga tuntas, salah satunya dipemenuhan sandang dan pangan masyarakat Sumbawa Barat.
Di jalan tanah, Firin-Fud langsung berupaya membuka akses daerah terisolir atau daerah terluar dengan memperbaiki infrastruktur jalan. Tidak tanggung-tanggung sebagai bentuk kesungguhannya, hampir 23 persen struktur APBD digunakan untuk membangun jembatan dan memperbaiki jalan utama.
Tercatat dimasa kepemimpinannya saat ini, jalan kabupaten yang panjang totalnya adalah 338,69 KM hampir sudah dihotmik. Secara spesipik dari data yang disuguhkan oleh DPUPR KSB, 225,97 KM jalan kabupaten telah dihotmix. Masih berupa krikil sepanjang 71,277 KM dan jalan tanah sepanjang 41,456 KM.
Jalan tanah sepanjang 41,456 KM dengan kemantapan jalan 64,45 persen, kondisi yang belum mantap 35,55 persen atau 120,404 KM termasuk sebagian jalan usaha tani.
Membuka akses yang terisolir adalah tugas berat yang diemban mereka berdua. KSB diketahui memiliki beberapa wilayah yang terisolir karena topografi daerah ini sebagian pegunungan. Jadi tidak heran jika sebagaian desa atau pemukiman warga berada di dalamnya pegunungan. Seperti contohnya Desa Mata Iyang (Kec. Brang Ene), Desa Rarak Rungis (Kec. Brang Rea), Desa Mantar (Kec. Poto Tano), dan DesaTalonang Baru serta Desa SP1 (Kec. Sekongkang).
Tapi kini di masa kepemimpinan Firin-Fud serta kerja Ikhlas dari leadership Dinas PU, Amar dan Novrizal, semua desa terisolir di atas telah dapat diakses dengan kendaraan roda empat. Hebatnya jalanan menuju desa-desa tersebut sudah mulus di hot-mix (bukan lagi badan jalan hasil pengerasan, red).
Bukan hanya itu, DPUPRPP KSB juga mampu menghubungkan jalur pesisir, jalur pesisir diharapkan mampu membangkitkan geliat pariwisata di Bumi Pariri Lema Bariri mengingat potensi garis pantainya sangat indah dan masih natural. Akses jalan pesisir yang dimaksud adalah jalan yang mengubungkan Kecamatan Taliwang dengan Kecamatan Seteluk dan Poto Tano, jalan tersebut telah di hot-mix dan mulus untuk dilalui.
Secara khsus media ini merangkum proses pembukaan akses jalan Desa Rarak Ronges, Kecamatan Brang Rea.
Desa Rarak Ronges Kecamatan Brang Rea adalah desa terpencil di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Desa Rarak Ronges ini berada di ketinggian 700 meter dari permukaan laut, tidak terpaut jauh dari desa Mantar yang beradap pada ketinggian sekitar 640 meter. Sedangkan waktu tempuh dari Ibukota Kabupaten ke desa ini diperlukan sekitar 4 jam. Jarak tersebut diperparah dengan kondisi jalan yang berlumpur dan medannya yang cukup terjal dan sangat sulit. Hanya beberapa titik saja yang sudah dirabat beton sementara sisanya masih jauh dari kata layak untuk dikatakan sebagai jalan penghubung dari desa ke Kecamatan. Transportasi ke lokasi desa ini juga belum ada yang tersedia kala itu.
Desa ini sebenarnya terdiri dari tiga dusun, yakni dusun Rarak, Dusun Gong Datu dan Dusun Ronges. Untuk dusun Rarak dan Gong Datu berada di satu lokasi dengan jumlah penduduk sekitar 300 KK. Sedangkan untuk dusun Ronges terdapat sekitar 200 KK yang berjarak sekitar 2 kilometer dari dua dusun tersebut. Sedangkan jangka waktu tempuh ke dusun Ronges, dibutuhkan sekitar 1 jam. Hal tersebut terjadi karena untuk mencapai lokasi perlu menyeberangi beberapa anak sungai yang arusnya cukup deras apabila musim penghujan. Terlebih lagi tidak ada adanya jembatan yang menghubungkan antara kedua dusun tersebut.
Tentu sebagai desa penghasil kopi terbaik di Sumbawa Barat, biasanya dalam satu tahun desa ini mampu menghasilkan 600 ton kopi. Bahkan kopi-kopi yang dihasilkan ini merupakan kopi terbaik di kelasnya. Namun karena akses jalan yang buruk membuat hasil perkebunan tersebut tidak maksimal.
Namun keadaan kini berubah, Desa Rarak Ronges sudah bisa diakses oleh kendaraan roda empat dan dua. Begitupula dengan Desa Mata Iyang, jika ingin memesan madu asli Mata Iyang tinggal pesan online lewat Handphone karena sinyal juga sudah bagus.
Pengerjaan jalan dua desa tersebut dimulai tahun 2018, Untuk memuluskan ruas jalan menuju dua desa itu, Pemda mengalokasikan anggaran sebesar Rp 42 miliyar lewat APBD 2018. Untuk jalan menuju Rarak Ronges akan di hotmix sepanjang 6,9 KM, sedangkan jalan Mataiyang sepanjang 3,5 KM.
Salah seorang warga Desa Rarak Ronges yang berhasil diwawancarai media ini, Adi (32) mengatakan Berkat ikhtiar Firin-Fud, kini segala potensi yang dimiliki oleh desa tersebut mulai di ekplor. Komoditi unggulan sudah bisa dipasarkan dengan mudah, masyarakat kedua desa tidak lagi asing bahkan mereka pulang pergi dari Taliwang ke desanya tanpa harus blepotan dengan lumpur akibat jalan yang rusak.
“Akses pendidikan dan kesehatan menjadi mudah. Begitupula potensi pariwisatanya, hampir setiap akhir pekan masyarakat dari dalam dan Luar KSB berkunjung ke dua desa tersebut untuk berwisata dengan keluarganya,” terang Adi.
Desa Rarak Ronges dan Desa Mata Iyang telah mampu mengejar ketertinggalannya, setidaknya ia mampu mengejar kemajuan yang diraih oleh Desa Mantar yang telah dulu maju dan ditetapkan menjadi Desa Budaya.
“Hampir tidak ada jalanan yang berlumpur di KSB. Lumpur-lumpur tersebut telah terkubur oleh perjuangan yang ikhlas, jujur dan sungguh-sungguh Dr. Ir. H. Musyafirin, M.M dan Fud Syaifuddin, ST. Sesungguhnya kenikmatan itu hanya bisa dirasakan oleh orang yang pandai bersyukur tutup Adi,”. (cdn.wan)