Bidang Kesehatan Hewan Masih Fokus Pada Penyakit Rabies

Bidang Kesehatan Hewan Masih Fokus Pada Penyakit Rabies

CDN, Sumbawa Barat– Bidang Kesehatan Hewan pada Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2023 ini masih fokus dengan program deteksi dini penyakit hewan terutama penyakit rabies atau anjing gila.

Kepala Dinas Pertanian KSB, Ir. Muhammad Saleh, M.Si melalui Kepala Bidang Kesehatan Hewan, drh. Hendra Surya Saputra, M.Si mengatakan bahwa untuk tahun ini bidang keswan masih fokus pada rabies walaupun untuk saat ini tidak ada laporan masyarakat terhadap gejala rabies atau hewan terjangkit rabies.

“Tahun ini kita masih konsentrasi pada rabies, karena rabies ini sempat masuk ke Kabupaten Sumbawa Barat awal 2022. Sehingga untuk tahun ini kami masih berkonsentrasi dengan kegiatan pemberantasan rabies,” pungkas drh. Hendra.

drh. Hendra Surya Saputra, M.Si

Hampir 40-50% anggaran dibidang keswan dipusatkan pada pencegahan penyakit rabies, anggaran tersebut akan membeck-up beberapa kegiatan, Seperi kegiatan vaksinasi, perekrutan kader yang akan menjadi perpanjangan tangan bidang keswan dalam penanggulangan penyakit.

Sejauh ini belum ada penyakit hewan yang bersumber dari Kabupaten Sumbawa Barat, rata-rata penyakit hewan datang dari luar KSB. “KSB tidak pernah menjadi sumber penyakit hewan selama ini, KSB selalu menjadi daerah imbas penyebaran penyakit dari daerah lain,” ungkap drh. Hendra.

drh. Hendra memaparkan salah satu kasus penyebaran penyakit yang pernah terjadi di KSB. “Penyakit Rabies atau anjing gila pada awalnya terdeteksi di Kabupaten Dompu tahun 2019. Kemudian penyakit rabies terdeteksi di Kabupaten Sumbawa tahun 2020, dan baru masuk ke KSB pada tahun 2022. Dari kejadian tersebut dapat kita simpulkan bahwa KSB bukan sumber dari penyakit rabies atau penyakit yang menyerang hewan ternak besar,” pungkas drh. Hendra.

Penyebab penyakit rabies dan PMK (Penyakit Mulut Kuku) yang merebak dibeberapa wilayah sejauh ini belum ditemukan penyebabnya utamanya, saat ini masih berupa teori-teori. Salah satu contoh kasus yang pernah terjadi adalah kejadian penyakit PMK di Pulau Lombok tepatnya di Kabupaten Lombok Timur, kemudian tiba-tiba pada tahun 2022 kasus PMK terjadi di Kabupaten Sumbawa Besar tepatnya di Desa Simu.

“Kalau menurut logika, PMK yang terjadi di Lombok Timur saat itu seharusnya merebak di Kabupaten Sumbawa Barat, karena sebelum sampai ke Kabupaten Sumbawa harus melewati Kabupaten Sumbawa Barat. Tapi ini anehnya justru terjadi di tengah-tengah Kabupaten Sumbawa Besar yaitu Desa Simu. Sehingga berdasarkan kejadian tersebut, untuk mengetahui penyebab terjadinya rabies atau PMK masih berupa teori kemungkinan, walaupun kalau ditelisik secara keilmuan dan dirunut kejadiannya bisa ditemukan penyebabnya.” Ujar drh. Hendra.

Datangnya penyakit hewan ke Kabupaten Sumbawa Barat memang tidak bisa dihindari, namun dibalik itu, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui Dinas Pertanian dapat melakukan pengendalian dengan cepat. Sehingga tidak heran jika KSB menjadi kabupaten percontohan pengendalian penyakit hewan di NTB.

“KSB dijadikan kabupaten percontohan untuk pengendalian penyakit hewan, bahkan Kepala Dinas Pertanian saat itu dijadikan narasumber ditingkat pusat. Pemerintah pusat tertarik sekali dengan cara cepatnya penanggulangan penyakit hewan di KSB. Pemerintah pusat melalui kementerian pertanian tertarik dengan cepatnya pemerintah daerah membuka akses anggaran untuk menanggulangi penyakit hewan tersebut.” Beber drh. Hendra

Diakhir wawancaranya, drh. Hendra kembali menegaskan bahwa Bidang Kesehatan Hewan masih fokus pada kegiatan penanggulangan penyakit hewan seperti rabies dan PMK. Kegiatan-kegiatan seperti vaksinasi masih terus digencarkan tahun ini. Sementara untuk daerah-daerah tertentu yang jaraknya jauh dengan Puskeswan akan dilayani dengan cara melakukan pelayanan aktif, pelayanan aktif yang dimaksud adalah petugas dari puskeswan akan turun ke daerah tersebut 3 kali dalam seminggu. (cdn.wan**)