CDN, Sumbawa Barat– Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo diminta untuk serius membangun wilayah Indonesia bagian timur, salah satu caranya adalah membangun industri serta infrastruktur untuk mengejar atau setidaknya menyamakan perekonomian masyarakat wilayah barat dan timur.
Salah satu wacana yang bergulir panas saat ini adalah rencana pembangunan smelter di Provinsi Nusa Tenggara Barat tepatnya di wilayah industrialisasi Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat. Diyakini oleh semua pihak, tokoh, pengamat ekonomi bahwa smelter di kawasan industrialisasi Maluk akan membawa dampak multi efeck.
Pemerintah Provinsi NTB dibawah kendali DR. Zulkieflimansyah tentunya tidak boleh melepas tangan atau tidak serius menjemput peluang emas yang secara produk hukum telah resmi diputuskan, salah satunya yaitu dimasukkannya Maluk sebagai kawasan industrialisasi dalam RPJM Nasional.
“Masih terngiang jelas ditelinga kami masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat kata-kata dari DR. Zul, ia mengatakan bahwa suatu daerah akan maju perekonomiannya bila bahan mentah diproses menjadi bahan jadi. KSB adalah daerah dengan hasil alam yang melimpah, KSB akan dijadikan pusat industri wilayah timur Indonesia. Itulah kira-kira kata-kata dari Gubernur NTB tersebut “, pungkas Irawansyah, S.Pd. Ketua DPC MOI Sumbawa Barat pada media ini, Selasa pagi, (19/10/2021).
Perkembangan terkini tentang rencana pembangunan smelter masih pasang surut, seperti bola liar dan berimbas pada trans publik kepada pemerintah yang menurun. Keadaan ini diperparah dengan munculnya berita-berita media lokal, regional hingga nasional yang memberitakan kunjungan Jokowi ke Gresik untuk meresmikan pembangunan smelter. pemberitaan itu seolah-olah membuyarkan apa yang telah diperjuangkan selama ini oleh semua element masyarakat NTB khususnya masyarakat di pulau Sumbawa, wabil khusus lagi bagi masyarakat Sumbawa Barat.
Perjuangan pemerintah daerah Sumbawa Barat yang telah ditugaskan oleh pemerintah provinsi NTB sebagai fasilitator pembebasan lahan cukup berat namun bisa dilalui. Upaya pendekatan secara humanis telah diterapkan tanpa cela sedikitpun, kalaupun ada yang menolak itupun hanya seorang dan sulit dipertimbangkan karena penawaran yang diajukan cukup berat serta bila diterima maka sama halnya dengan menyelamatkan satu orang namun membuka 1000 masalah baru.
“Sejumlah dukungan masyarakat agar proses pembangunan smelter di wilayah Industrialisasi Maluk seharusnya bisa ditangkap oleh para pemangku kebijakan di negeri ini. Para pemilik lahan pun ikut menyuarakan agar smelter segera dibangun, mereka membebaskan lahannya bukan tanpa dasar, mereka ingin masyarakat Kecamatan Maluk hidup makmur, gemah ripa lohjawi. Aksi Pembubuhan tandatangan mendukung pembangunan smelter dipercepat juga telah dilakukan. Tukang ojek, kepala desa, petani, pekebun, pedagang, PTT, tokoh adat hingga ibu-ibu rumah tangga menitipkan harapan lewat tandatangannya, apakah ini semua tidak ada artinya dan tidak bernilai dimata Presiden RI, Ir. H. Jokowidodo yang datang dengan visi misi semangat pemerataan pembangunannya”, beber Irawan.
Kami ikut menyaksikan bagaimana otonomi khusus diberikan pada Provinsi Aceh dan Provinsi Papua. Kami melihat pembangunan yang tengah dilakukan oleh pemerintah di Provinsi Papua. Lanjut Irawan, lalu apakah kami selaku daerah yang memiliki tambang terbesar nomor dua di Indonesia (dulu PT. Newmont Nusa Tenggara kini telah diakuisisi oleh PT. AMMAN) ini tidak mendapatkan hak pembangunan tersebut, sudah terlalu banyak hasil kekayaan Sumbawa Barat dimanfaatkan untuk membangun negara ini. Jadi sudah saatnya kami diberikan hadiah setimpal, toh ini semua untuk masyarakat KSB yang merupakan bagian dari NKRI tercinta ini.
“Kami mengikuti perkembangan dan tahapan rencana pembangunan smelter di KSB. Begitu banyak dinamika dan asumsi liar berkembang. Namun ada satu harapan kami ketika negara secara legal standing menjadikan kawasan Maluk menjadi kawasan industrialisasi dalam RPJMN. Pemerintah sendiri yang telah mengesahkan, sehingga kami hari ini menuntut janji itu ditepati. Salah satu langkah adalah kehadiran Sosok Presiden Ir. H. Jokowidodo di Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat”, tutup Irawansyah. (cdn.r)