Sumbawa Barat, CDN- Dilansir dari media bidikankameranews.com edisi Senin, 31 Mei 2021. Dr. Zulkarnaen, Putra Daerah KSB dari Brang Rea, yang kini menjadi dosen di Universitas Negeri Jogjakarta (UNJ) memberikan pandangannya terhadap rencana pembangunan bandara di Desa Kiantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Dr. Zulkarnaen berhasil dihubungi via handphone seluler pada, Senin (31/05/2021).
Dr. Zulkarnaen adalah salah satu putra terbaik KSB yang bersinar di tanah rantau. Ia sangat aktif memberikan masukan dan kritikan untuk membangun KSB.
Ia menceritakan pengalaman pribadinya selama membawa lembaga founding masuk ke Sumbawa termasuk ke Sumbawa Barat. Salah satu kendala ketika tim veripikasi turun adalah masalah transportasi, itu yang selalu dikeluhkan.
“Kita ketahui bahwa mereka memiliki standar yang cukup tinggi salah satunya mereka selalu mempertanyakan masalah bandara. Setiap mengajukan proposal maka mereka selalu mempertanyakan bandara”, pungkasnya.
“Saya mengapresiasi langkah pemerintah yang telah membangun bandara di Sekongkang yang walaupun masih terkendala masalah tingkat keamanan yang berisiko tinggi. Namun itu bukanlah alasan untuk kita larut dalam masalah tersebut”, beber Dr. Zulkarnaen.
“Saya hari ini tinggal dirantau, kalau memang bentul bandara itu jadi di Desa Kiantar maka itu adalah lokasi yang strategis serta membuka seluruh potensi yang ada di KSB, kalau tidak ada yang lebih (potensi) di KSB maka tidak ada yang akan melirik”, katanya.
Kehadiran bandara di Kiantar sangat menguntungkan dan sangat strategis untuk kemajuan KSB kedepan. Orang Bima yang bosan dengan penyebrangan bisa menggunakan bandara tersebut, pun demikian dengan orang Sumbawa dan sekitarnya.
Bandara di Kiantar nantinya akan digunakan oleh semua masyarakat Pulau Sumbawa, bukan hanya orang KSB karena semuanya punya kepentingan terhadap bandara tersebut. “Jadi terlalu aneh jika orang KSB menolak, jika bandara itu gagal maka kita tidak punya ruang lagi dan secara otomatis kita akan tertinggal. Harapan kita adalah ketika bandara ada maka investasi akan mengalir ke KSB”, ujarnya lagi.
“Jujur saja, sebenarnya kita tidak punya potensi yang bisa diharapkan, tambangpun gak bisa kita harapkan karena polce nya di pusat. PNS hanya berapa, namun budaya saja yang keliru dengan opini bahwa kita besar dan mengklaim kita punya hal yang luar biasa”, terangnya.
Daerah lain sekarang sedang berjuang dan mengejar untuk membangun bandara. Lanjutnya, lalu kenapa kita menolak, apalagi ini tidak akan membuat jebol APBD, namun kalaupun dibangun dengan APBD maka itupun tidak apa-apa karena ini (bandara, red) adalah investasi jangka panjang yang gak bisa dilihat hari ini. Kita tidak boleh larut dengan Bandara Sekongkang, kalaupun itu adalah sebuah kegagalan karena semangat tinggi waktu itu untuk mendatangkan investasi
Yang kedua adalah dari sisi investasi. “Kita harus akui bahwa investasi masih ogah-ogahan datang ke NTB umumnya apalagi datang ke KSB. Kita harus akui bahwa hari ini daerah masih menggerogoti uang APBD tanpa usaha untuk mendatangkan dana dari luar.
Dr. Zulkarnaen pun menjelaskan bahwa smelter pun akan gagal jika bandara ini gagal dibangun. “Menurut analisis saya, jika KSB tidak mengambil bandara ini maka akan diambil oleh Sumbawa. Sumbawa sudah berfikir maju kedepan, dan kemungkinan Sumbawa akan membangun bandara baru. Bandara tidak akan dibangun di pusat kota namun bisa jadi di daerah Empang atau Lape. Inilah yang harus diperhatikan oleh masyarakat KSB.
“Saya hari ini adalah putra KSB yang merantau, saya tiap bulan pulang ke KSB. Saya merasakan sekali betapa besar biaya yang harus kita keluarkan, belum waktu yang terbuang sia-sia. Inilah yang kita maksud, bahwa bandara ini akan menjadi gerbang investasi di Pulau Sumbawa. Saya mengikuti perkembangan bandara ini, saya melihat bahwa harga pembebasan lahan cukup masuk akal. Saya sudah pernah ke NTT, ke Kalimantan dan di Jawapun sekarang hampir tiap kabupaten bangun bandara baru padahal bandara sudah ada.
Bandara Kiantar sangat dekat dengan bandara di Tanah Au (Lombok), jadi Bandara Kiantar ini sangat strategis dan bisa dijadikan bandara alternatif. Bisa digunakan untuk parkir, untuk pemeliharaan pesawat dan sebagainya.
Dr. Zulkarnaen pun menceritakan pengalaman pribadinya ketika turun mengadvokasi masyarakat di Tanah Au waktu itu, ia menceritakan bahwa memang masyarakat Tanah Au sebenarnya tidak menolak, namun lebih kepada harga yang ditawarkan oleh pemerintah yang dirasa rendah. Makanya ia turun untuk membantu (advokasi) masyarakat waktu itu. “Namun ketika saya naik pesawat di bandara Tanah Au, saya langsung berfikir, betapa berdosanya saya jika seandainya bandara Tanah Au ini tidak jadi dibangun, karena memang bandara itu ternyata memberikan banyak manfaat.
Diakhir pembicaraannya, Dr. Zulkarnaen mengakui jika masyarakat Sumbawa Barat cepat terpengaruh oleh isu-isu yang belum pasti kebenarannya. Untuk itu ia mengajak masyarakat berfikir maju kedepan demi kemajuan KSB. (cdn.wan)