CDN, Sumbawa Barat– Ifan Supriadi selaku sosok yang sudah syarat pengalaman dibidang survei elektabilitas paslon meragukan kearutan hasil rilis survei PRC. Pria asal Sumbawa Barat ini mengatakan bahwa masih banyak hal yang perlu dipertanyakan dari hasil tersebut.
Pertama, Dalam keterangan rilis hasil survei, PRC tidak dijelaskan dengan detail metodologinya, terutama terkait dengan teknik penentuan sampling. Mereka (PRC) lansung kepada metode pengambilan data dengan menggunakan teknik wawancara face to face. Padahal tekhnik penentuan sampling itu paling utama dalam menentukan tingkat validitas hasil survei. Logikanya begini, data didapatkan dari hasil wawancara tatap muka surveyor dan responden, tapi tekhnik yang digunakan untuk menentukan seseorang yang memiliki wajib pilih masuk menjadi katagori responden yang diwawancarai itu bagaimana?, itu yang mereka tidak jelaskan. Mereka mengakui menggunakan 800 responden yg memiliki hak pilih, tapi apakah responden 800 itu bisa mewakili keseluruhan pemilih KSB?. Jawabannya sangat tidak mungkin kalau tidak dijelaskan metode apa yang digunakan dalam penentuan sampel yang 800 tersebut. Itulah pentingnya metodologi dalam sebuah survei.
Hal hal lain seperti Primery Sampling Unit (PSU), BNBA responden dan surveyor serta pendanaan bolehlah tidak di publikasikan karena itu menjadi dapur lembaga.
Penilaian publik terhadap kredibelitas sebuah lembaga bukan pada alamat domisili kantor lembaga tersebut, akan tetapi apakah lembaga tersebut memuat unsur-unsur penting dalam publikasi hasil surveinya atau tidak, salah satunya Transparansi Metodologi.
Jadi wajar kalau alam sadar publik berspekulasi macam-macam. Menduga ini ada unsur kesengajaan untuk antisipasi terjadinya pertanyaan saat uji validitas nanti.
Kedua. Soal afiliasi lembaga dengan salah satu Paslon. Sebagai lembaga yang berpengalaman dan matang sebenarnya tidak perlu lagi validasi diri dengan menjelaskan kepada publik bahwa dirinya tidak berafiliasi dengan salah satu paslon. Karena menurut saya, semakin dia menjelaskan dirinya tidak berafiliasi dengan salah satu Paslon, semakin menjelaskan kepada publik kalau memang berafiliasi. Teori psikologinya kan begitu. self-fulfilling prophecy namanya itu. Lebih lebih dikuatkan lagi dengan adanya komentar paslon di paragraf berikutnya.
Ketiga. Soal hasil dari variabel Approval terkait kinerja bupati dan wakil bupati dengan menempatkan wakil bupati memiliki kinerja tertinggi daripada bupati.
Pertanyaannya, di daerah mana pernah terjadi di negara ini bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Wakil Bupati lebih tinggi dari kinerja Bupati? Kan absurd jadinya.
Jadi menurut saya, Variabel Approval ini bukannya semakin mendongkrak justru melemahkan. Itu yang disebut overcopensation. dimana seseorang berusaha keras ingin membuktikan diri justru memperlihatkan kelemah dan kerentanan.
Jadi sebenarnya kalau mau menggiring persepsi publik dengan hasil survei, sebaiknya dibuat senatural mungkin.
Selain Ifan, argumen juga muncul dari tokoh pemuda Desa Seteluk, Sutan Arisandi. Sutan lebih menganggap bahwa hasil survei tersebut merupakan bagian dari trik paslon untuk meyakinkan publik disaat posisi paslon tidak kuat dan massanya tergerus.
“Kejadian ini sudah kerap kali kita jumpai, dimana rillis survei dan aksi menurunkan kekuatan massa untuk diperlihatkan pada publik adalah suatu trik untuk menguatkan kembali posisi yang kedodoran. Kami masih ingat dimana salah satu paslon menurunkan massa diwaktu penjemputan SK Parpol Pengusung, trik ini cukup efektif untuk meyakinkan publik, namun apabila bisa diimbangi, dan bahkan dilampau oleh paslon lain maka akan menjadi bomerang,” pungkas Sutan Arisandi.
Suta Arisandi atau akrab disapa Ikbal yang notabenenya adalah bagian Relawan Paket AMANAH tidak terlalu menggubris hasil survei tersebut, ia meyakini bahwa saat ini memang terjadi dinamika politik yang dinamis, ada paslon yang tergerus, ada yang stabil dan ada yang sedikit meningkat meninggalkan paslon lainnya. Pada media ini, Minggu (29/09/2024), Ikbal menegaskan bahwa saat ini Paket AMANAH dalam posisi mengawal kemenangan, paket AMANAH dengan program yang realistis dan terukur menjadi kompetitor kuat dimata paslon lain.
“Untuk melihat paslon itu kuat, cukup lihat bagaimana dia diserang dan dipojokkan. Jika semakin diserang, maka pasti Paslon tersebut sangatlah kuat. H Amar – Hj Hanifa Musyafirin saat ini sedang diserang, baik di dunia maya, akun sosial. Namun AMANAH tidak menggubris, kami tetap konsisten dengan menampilkan program-program pro rakyat pada masyarakat dan publik,” tutup Ikbal. (cdn.wan)