PEMBANGUNAN PRASARANA PERTANIAN DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMBANGUNAN PRASARANA PERTANIAN DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Oleh

JON AGUS SUHADI

Mahasiswa Magister Manajemen Inovasi

Universitas Teknologi Sumbawa Angkatan X

 

Kabupaten Sumbawa Barat merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan sumberdaya alam serta identik dengan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam rangka menopang perekonomian di Kabupaten Sumbawa Barat, hingga saat ini, sektor pertanian adalah sektor andalan kabupaten yang dikenal dengan motto “Pariri Lema Bariri” ini. Sebagian besar penduduk Kabupaten Sumbawa Barat bermata pencaharian di bidang pertanian. Namun hasil yang diharapkan dari produksi pertanian di Kabupaten Sumbawa Barat belum sepenuhnya optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya pasokan ketersediaan air yang masih minim. Dalam proses meningkatkan produksi dan produktivitas hasil pertanian, tentunya ketersediaan air adalah syarat utama, Sehingga diperlukan adanya pembangunan prasarana pertanian yang memadai seperti pembangunan irigasi pertanian, baik irigasi permukaan maupun irigasi tanah yang mampu mengairi seluruh lahan pertanian di Kabupaten Sumbawa Barat.

Keterbatasan ketersediaan air menuntut sebuah sistem pertanian yang mampu mengefisienkan penggunaan air namun tetap mendapatkan output untuk memenuhi target kebutuhan pangan. Fenomena perubahan iklim global, perkembangan penduduk yang relatif cepat, serta penurunan alih fungsi lahan ke pemukiman menjadi pilihan untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia agar tidak lagi mengimpor bahan pangan (beras) yaitu dengan cara melakukan revitalisasi pertanian serta adanya dukungan sarana dan prasarana pertanian. Dukungan prasarana dan sarana pertanian bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP), meningkatkan produktivitas dan produksi melalui upaya memperluas lahan pertanian pada kawasan tanaman pangan untuk mengimbangi alih fungsi lahan, melakukan upaya rehabilitasi jaringan irigasi serta melakukan upaya optimasi lahan.

Prasarana pertanian merupakan fasilitas fisik beserta layanannya yang diadakan untuk mendukung bekerjanya sistem sosial ekonomi, agar menjadi lebih berfungsi bagi usaha memenuhi kebutuhan dasar dan memecahkan berbagai masalah. Salah satu infrastruktur pertanian yang berperan penting dalam peningkatan produksi pangan khususnya beras adalah irigasi. Irigasi merupakan salah satu faktor yang amat menentukan suksesnya pertanian serta menjadi sebuah alternatif pengairan lahan tadah hujan pada musim kemarau. Dengan adanya irigasi, lahan tidak lagi mengandalkan hujan yang tidak menentu waktunya. Beberapa jenis pembangunan sarana irigasi pertanian yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2021 antara lain; (1) pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi usaha tani yakni pembangunan jaringan irigasi air tanah dalam (sumur bor dalam) sebanyak 11 unit, pembangunan jaringan irigasi air tanah dangkal (sumur bor dangkal) sebanyak 30 unit, irigasi tersier sepanjang 750 M, (2) pembangunan rehabilitasi dan pemeliharaan embung sebanyak 12 unit. Kemudian pada tahun 2022 antara lain (1) pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi usaha tani yakni Pembangunan jaringan irigasi air tanah dalam (sumur bor dalam) sebanyak 12 unit, pembangunan jaringan irigasi air tanah dangkal (sumur bor dangkal) sebanyak 126 unit, irigasi tersier sebanyak 945 M, sumur gali sebanyak 4 unit. (2) Pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan embung sebanyak 1 unit. Hal ini menunjukkan adanya kontinyuitas peningkatan jumlah prasarana pertanian setiap tahunnya kecuali embung, dikarenakan telah dibangunnya 2 (dua) bendungan besar di Kabupaten Sumbawa Barat yakni Bendungan Bintang Bano dan Bendungan Tiu Suntuk.

Kegiatan pembangunan jaringan irigasi oleh pemerintah daerah dilakukan melalui sistem swakelola (pemberdayaan masyarakat) dan Penyedia Barang/Jasa dengan mempertimbangkan berbagai kriteria, sub kriteria dan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Praktek yang sering dilakukan yakni melalui Penyedia Barang/Jasa dengan mempertimbangkan waktu, biaya, mutu, partisipasi masyarakat, dan administrasi. Pemilihan pelaksanaan dengan system Penyedia Barang/Jasa yang tepat dan tidak menimbulkan permasalahan dikemudian hari serta dengan pengawasan yang lebih ketat.

Proses pemeliharaan sebagai pekerjaan rutin untuk menjaga kondisi infrastruktur agar sedekat mungkin masih dalam tingkat pelayanan yang memadai. Pekerjaan pemeliharaan merupakan kegiatan untuk mempertahankan kondisi kemampuan pelayanan infrastruktur yang layak, sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna infrastruktur tersebut. Pemeliharaan yang dilakukan saat ini yakni pemeliharaan berkala   perawatan dan perbaikan yang dilaksanakan secara berkala yang direncanakan dan dilaksanakan oleh penerima manfaat secara swakelola sesuai kemampuan. Pemeliharaan berkala dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pemeliharaan yang bersifat perawatan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan, dan pemeliharaan yang bersifat penggantian.

Pembangunan irigasi selalu dihadapkan pada beberapa masalah yang komplek, mulai dari (1) ketersediaan lahan (tersedia atau tidaknya lahan untuk pengembangan irigasi), (2) fenomena perubahan iklim yang menyebabkan tidak menentunya ketersediaan air, serta degradasi lahan yang menyebabkan semakin berkurangnya air permukaan yang mengalir sebagai sungai, dan terlahir (3) Masalah sosial yang berkaitan dengan penambahan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, sehingga harus adanya peningkatan produksi beras nasional secara terus menerus guna memenuhi kebutuhan penduduk tersebut. Upaya yang dilakukan pada dasarnya dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi yang memerlukan pengembangan irigasi untuk keberhasilannya.

Solusi untuk mencapai target kemandirian pangan dapat dilakukan dengan prinsif areal sawah tetap harus ditambah agar hilangnya lahan akibat alih fungsi lahan teratasi. Sejalan dengan itu, intensifikasi juga tetap dilakukan agar luas panen bertambah dan produktivitas meningkat. Pada saat ini, pembangunan dan pengelolaan infrastruktur irigasi merupakan salah satu program pemerintah untuk mendukung upaya khusus percepatan pencapaian swasembada padi dan jagung berkelanjutan. Berdasarkan permasalahan dan target pembangunan pertanian tersebut, solusi untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian target kemandirian pangan adalah melakukan pembangunan irigasi skala kecil. Oleh karena itu, peluangnya besar untuk pembangunan irigasi baru skala kecil dalam rangka meningkatkan areal sawah baru untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat dan pencapaian target kemandirian pangan. Dalam implementasinya, pengembangan irigasi harus disertai dengan pengelolaan terpadu pendukung-pendukungnya, seperti menerapkan pengelolaan lahan dan air, hal ini penting agar tidak terjadi degradasi lahan dan air tersedia sepanjang tahun. Melaksanakan penanaman dengan sistem efisiensi air dan melaksanakan pemeliharaan jaringan irigasi agar dapat berfungsi secara berkelanjutan.

Pengembangan irigasi baik berupa pembangunan infrastruktur yang sifatnya pembangunan irigasi baru maupun rehabilitasi, demikian juga perbaikan pola pengaturan air irigasi, sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi padi. Pola pengaturan air irigasi akan dapat menentukan produksi padi di Daerah Irigasi (DI) tertentu, dengan pola pengaturan irigasi yang tepat, akan dapat mengefisienkan air irigasi sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Kasus yang terjadi saat ini, air tersedia cukup untuk 3 (tiga) kali tanam padi sawah di beberapa kecamatan, yakni Kecamatan Brang Rea, Brang Ene, dan sebagian Kecamatan Taliwang dengan syarat memperbaiki pola pengaturan air irigasi. Sedangkan kecamatan lain memenuhi pola 2 (dua) kali tanam. Kondisi demikian terjadi dibanyak kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat, Indeks Pertanaman padi (IP) sawah dapat ditingkatkan menjadi IP 3 jika ada perbaikan pola pengaturan irigasi dan sistem tanam padi. Bila situasi yang menguntungkan demikian diterapkan, berarti produksi padi sawah akan meningkat secara signifikan serta secara tidak langsung dapat mendukung kemandirian pangan nasional. Berdasarkan data statistik pertanian dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan, pada tahun 2020, rata-rata produksi 82.883 ton dan pada tahun 2021 rata-rata produksi 102.737  ton, dengan peningkatan yang cukup signifikan sebesar 19.854 ton. Semakin banyak pembangunan jaringan irigasi maka semakin meningkat produksi pertanian. Dengan demikian, dukungan prasarana dan sarana pertanian bertujuan untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP), meningkatkan produktivitas dan produksi tanaman pangan secara berkelanjutan tentunya dengan dukungan dan peran serta aktif  semua pihak baik pemerintah, masyarakat dan stakeholder terkait dalam mewujudkan kemandirian pangan di Kabupaten Sumbawa Barat. Hal ini membuktikan bahwa sawah irigasi sangat penting dan dapat menentukan produksi beras nasional. Oleh karena itu, jaringan dan sumber air irigasi harus dikelola secara tepat agar jaringan irigasi berfungsi baik secara berkelanjutan dan air irigasi tersedia sepanjang tahun secara terus menerus.