Cegah Penyebaran Kasus Rabies, Dinas Pertanian KSB Intensif KIE & Vaksinasi

Cegah Penyebaran Kasus Rabies, Dinas Pertanian KSB Intensif KIE & Vaksinasi

CDN, Sumbawa Barat– Terbilang sejak munculnya kasus Rabies (Anjing Gila) hingga saat ini, oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat mencatat 358 total kasus Rabies (Gigitan, Red) terdiri atas 86 kasus dinyatakan positif Rabies pada hewan (Anjing) berdasarkan hasil uji laboratorium, Ungkap Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat, Ir Muhammad Saleh MSi melalui Medik Veteriner – Bidang Keswan & Kesmavet, Drh. Isnia kepada Wartawan.

“Sampai saat ini kasus Rabies diwilayah Kabupaten Sumbawa Barat masih bermunculan sebanyak 4 kasus tercatat pada tanggal 5, 10, 11 dan 13 Desember 2022, kemudian ada 5 sampel yang saat ini masih ditunggu setelah dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pengujian di salah satu laboratorium di Denpasar – Bali,” ujar Drh. Isnia.

Dari perkembangan penyebaran kasus Rabies ini, menurut Drh Isnia menyebutkan, kasus rabies secara harian mengalami fluktuatif sedangkan perhitungan bulanan mengalami penurunan.

Dengan demikian upaya pencegahan yang dilakukan Dinas Pertanian saat ini yakni intensif melakukan vaksinasi terhadap hewan, sejauh ini tingkat vaksinasi sudah di atas 70 persen anjing peliharaan, kurang lebih 3550 yang telah di vaksin diwilayah KSB, dan 1198 ekor kucing pula telah divaksin.

Selain vaksin, tindakan pencegahan dilakukan dengan melaksanakan Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Rabies yang bertujuan mengedukasi masyarakat tentang bahaya rabies dan langkah penanganan apabila masyarakat tergigit hewan penular rabies (HPR).

Sasaran pelaksanaan di delapan kecamatan, fokus utama ke Sekolah Dasar (SD) yang dilakukan sejak bulan Oktober 2022. “Kami lebih fokus KIE Rabies sasaran ke SD dikarenakan 40 persen kasus menimpa anak anak dan para lanjut usia (Lansia),” jelasnya.

Adapun sekolah yang telah dilakukan KIE Rabies, lanjut Drh Isnia menambahkan, yakni SD Negeri 1 Senayan, Seteluk, dan sejumlah sekolah dasar di delapan kecamatan. Melalui KIE Rabies dilakukan bertujuan, supaya anak -anak memiliki pengetahuan tentang rabies, gejala, termasuk memberikan pengetahuan langkah dini yang harus dilakukan anak anak ketika menjadi korban gigitan anjing, salah satu nya mencuci dengan air mengalir, dan dilanjutkan langkah berikutnya.

Dalam hal ini ada banyak pengetahuan yang ditanamkan kepada anak untuk mencegah penyebaran virus rabies. “Alhamdulillah, anak anak di sejumlah sasaran sangat antusias ketika diberikan pembekalan pengetahuan tentang pencegahan penyebaran Rabies melalui kegiatan KIE Rabies sebagai langkah pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah,” papar Drh Isnia, saat dijumpai diruang kerjanya.

Selain itu pula, untuk respon cepat terhadap pencegahan Rabies, instansi nya telah membentuk Kader Siaga Rabies (Kasira) beranggotakan kan 25 orang, merupakan gabungan dari Bhabinkamtibmas, Babinsa, Agen PDPGR dan lainnya, sasaran pembentukannya di 5 desa/kelurahan.

“Begitu ada kasus gigitan anjing, Tim Kasira akan bergerak cepat untuk melakukan tindakan pencegahan,” paparnya.

Sejauh ini, sambung Drh Isnia menambahkan, upaya pencegahan melalui investigasi secara sinergis bersama Dinas Kesehatan (Dikes) setempat, itu dimaksudkan bentuk intervensi jika terjadi gigitan anjing liar terhadap manusia dalam hal ini Dikes lebih fokus kepada kesehatan manusianya.

Sebagaimana diketahui Rabies atau penyakit anjing gila merupakan salah satu jenis penyakit zoonotik yang bersifat akut dan disebabkan oleh virus Lyssavirus. Termasuk petugas surveilance Rabies tetap melakukan kontrol populasi anjing dengan mengambil sampel untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium.

Meskipun angka kasus Rabies saat ini menurun, diminta kepada masyarakat khususnya anak anak dan para lansia untuk tetap waspada terhadap anjing gila. Untuk kasus anjing, rabies menyebabkan beberapa perubahan sifat yang bisa dilihat mata. Gejala-gejala tersebut perlu diperhatikan, mengingat itu menjadi tanda diantaranya perubahan tingkah laku, mata dan air liur pada anjing, lebih agresif, lebih sensitif terhadap manusia, suara, cahaya dan lainnya.

“Jika melihat gejala seperti itu, lebih baik di hindari, agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan,” imbuh Drh Isnia.(cdn.wan)