Laju Pertumbuhan PDRB KSB Alami Tren Menurun, Proyek Bendungan Tiu Suntuk Belum Berdampak Signifikan 

Laju Pertumbuhan PDRB KSB Alami Tren Menurun, Proyek Bendungan Tiu Suntuk Belum Berdampak Signifikan 

CDN, Sumbawa Barat– Setelah resmi dibangun awal tahun 2020, tepatnya pada hari Senin, 17/02/2020, Bendungan Tiu Suntuk yang berlokasikan di Dusun Hijrah, Desa Mujahidin, Kecamatan Brang Ene, Kabupaten Sumbawa Barat-NTB, serasa membawa harapan baru untuk mengurangi pengangguran di KSB, Khususnya untuk wilayah Kecamatan Brang Ene.

Bendungan Tiu Suntuk adalah salah satu proyek nasional yang sumber anggarannya dibiayai oleh APBN, tidak tanggung-tanggung, pembangunannya hingga bisa dimanfaatkan sesuai dengan fungsi menelan anggaran negara sebesar 1,5 Triliun, anggaran yang sangat besar untuk bisa meningkatkan perekonomian masyarakat, serta mengurangi pengangguran dalam proses pengerjaannya hingga selesai.

Untuk mengetahui dampak multi efek keberadaan proyek pembangunan Bendungan Tiu Suntuk bagi masyarakat KSB secara makro, dan terkhusus bagi masyarakat yang bersentuhan langsung dengan proyek tersebut, media ini coba menkonfirmasi keterangan salah satu Kepala Desa yang ada di wilayah pembangunan Bendungan Tiu Suntuk.

Kepala Desa Kalimantong, Ayubar, ketika dihubungi media ini pada Selasa pagi (15/03/2022), mengatakan bahwa, manfaat pembangunan Bendungan Tiu Suntuk belum memberikan perubahan signifikan. Perekonomian masyarakat masih seperti dulu sewaktu bendungan belum mulai dibangun.

“Sama saja, tidak ada perubahan signifikan untuk masyarakat saya yang ada di Desa Kalimantong. Beberapa proses pembangunan yang kami laksanakan di desa ini minim bantuan dari perusahaan yang bekerja di Bendungan Tiu Suntuk. Misalnya kegiatan pembangunan masjid dan segiatan sosial kemasyarakatan, pernah kami layangkan proposal, namun tidak direalisasikan. Bahkan kami pernah meminta bantuan tanah urugan, mereka bisa memberikan namun alat angkutnya harus kami sediakan,” pungkasnya.

Terkait dengan tenaga kerja lokal Asal Desa Kalimantong yang bekerja di Bendungan Tiu Suntuk, Kepala Desa Kalimantong mengatakan bahwa memang ada warganya yang bekerja di sana, jumlahnya tidak terlalu banyak, berkisar diangka 10 orang ke bawah.

“Warga saya yang bekerja disana dibawah 10 orang, yang banyak bekerja disana rata-rata berasal dari luar KSB. Saya dapat katakan seperti itu karena di desa kami banyak pekerja luar yang menyewakan rumah warga sebagai tempat hunian sementara,” ujarnya.

Keterangan lain diberikan oleh Kepala Desa Mujahiddin, H. Sahrul, pada Kamis Pagi (24/03/2022). Menurutnya, keberadaan pengerjaan Bendungan Tiu Suntuk sedikit memberikan manfaat bagi desa yang digunakan sebagai lokasi pengerjaan proyek tersebut. Setidaknya ada 30 orang lebih yang bekerja disana.

“Warga saya yang bekerja di proyek tersebut sekitar 30 orang lebih, dimana 30 orang sebagai buruh kasar dan hanya 2 orang sebagai pekerja berdasarkan skill (sebagai supir).” Pungkas H. Sahrul.

Ia mengakui bahwa sebagian warganya tidak memiliki skill, sehingga dengan keberadaan Bendungan Tiu Suntuk ini, warganya dapat belajar disana. Namun ia sedikit menyayangkan, walaupun hampir tidak ada pengangguran di desanya, namun gaji yang diberikan oleh perusahaan tempat mereka bekerja sangatlah kecil, yaitu diangka Rp. 2.500.000/bulan. “Gaji itu masih kecil untuk bisa menghidupi keluarga, apabila dirata-ratakan, maka per harinya hanya Rp. 82.000. imbasnya adalah, gaji tersebut tidak bisa menutupi hutang mereka di warung atau kios tempat mereka belanja. Tidak heran jika 30 orang warga saya yang bekerja di sana rata-rata belum berkeluarga atau memiliki tanggungan hidup.” Bebernya.

Untuk lingkungan, pengeboman (blasting) yang dilakukan di areal pengerjaan Bendungan Tiu Suntuk saat ini cukup mengganggu. Suara yang ditimbulkan oleh aktivitas blasting atau pengeboman tersebut menggangu warga.

Belum ada dampak signifikan lainnya yang diberikan oleh aktivitas pembangunan Bendungan Tiu Suntuk untuk warga Desa Mujahiddin, dari sektor perdaganganpun tidak berdampak. Malah pekerja disana banyak yang berhutang, sehingga masyarakat Desa Mujahiddin tidak berani mengambil resiko untuk membuka usaha berdagang.

Diakhir wawancaranya, H. Sahrul sedikit memberikan gambaran kepedulian perusahaan yang ada di proyek Bendungan Tiu Suntuk dengan perusahaan yang pernah beroperasi di Desa Mujahiddin. “Dulu ketika PT. AKAS beroperasi di Desa Mujahiddin, mereka (PT. AKAS) tiap tahunnya memberikan kontribusi yang cukup besar untuk Desa Mujahiddin. Berbeda dengan Perusahaan yang beroperasi di Bendungan Tiu Suntuk, jauh sekali dari PT AKAS. Desa Mujahiddin hanya dibantu berupa puluhan tanah urug yang diperuntukkan untuk sekolah dan masjid. Selain dari itu, tidak ada bantuan untuk desa.” Tutup H. Sahrul.

Sementara berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa Barat (BPS KSB) tahun 2020 dan tahun 2021. Angka jumlah penduduk miskin di KSB mengalami penurunan. Bahkan tercatat, angka penurunan penduduk miskin ditahun 2020 adalah angka tertinggi sejak 10 tahun terakhir. tahun 2020, persentase penduduk miskin berada pada angka 13,65 persen.

Presentasi penduduk miskin tahun 2020 tidak bisa dipertahankan, Penduduk miskin di Kabupaten Sumbawa Barat pada Maret
2021 menjadi 13,91 persen, angka ini mengalami kenaikan sebanyak 0,26 persen dari keadaan Maret 2020.

Dari segmen peningkatan perekonomian masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat, dapat diukur dengan Total PDRB/Gross Regional Domestick. Tahun 2020, total peningkatan perekonomian masyarakat KSB berada diangka 28,78 persen. Kemudian mengalami penurunan sekitar – 0,33 persen ditahun 2021.

Menurut salah satu pegawai BPS KSB yang bekerja dibidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS), Muhammad Ahsan, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sumbawa Barat sangat dipengaruhi oleh pertambangan dan penggalian. Sementara lapangan usaha lainnya tidak terlalu signifikan mempengaruhi. Dalam artian, belum ada sektor lapangan usaha andalan selain pertambangan dan penggalian.

Disisi tingkat pekerjaan, mayoritas penduduk miskin usia 15 tahun ke atas bekerja di sektor informal dan
pertanian. Menurut data BPS KSB, walaupun terjadi penurunan angka tidak bekerja dari 38,31 persen (2020) menjadi 36,50 persen (2021), hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah guna menyediakan lapangan pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 2021, penduduk miskin usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor informal (50,17 persen), hampir 4 kali lipat lebih banyak dari yang bekerja di sektor formal (13,33 persen).

Keterangan dari Kepala Desa Kalimantong dan Kepala Desa Mujahiddin memang tidak bisa dihubungkan langsung dengan data dari BPS KSB, karena data dari BPS adalah gambaran secara umum laju pertumbuhan ekonomi masyarakat KSB, tidak spesifik menjelaskan pengaruh keberadaan pengerjaan proyek Bendungan Tiu Suntuk. Dampak keberadaan Bendungan Tiu Suntuk adalah item kecil yang berpengaruh pada laju pertumbuhan dan penurunan kemiskinan serta pengangguran di KSB. Namun data BPS KSB menunjukkan terjadi tren menurun, dimana pertumbuhan ekonomi masyarakat ditahun 2021 menurun yaitu -0,33 persen. (cdn.wan)