BINTANG BANO DAN TIU SUNTUK MENJADIKAN PETANI LEBIH BEREKONOMI

BINTANG BANO DAN TIU SUNTUK MENJADIKAN PETANI LEBIH BEREKONOMI

CDN, Sumbawa Barat–
Progres percepatan pembangunan Bendungan Bintang Bano dan Tiu Suntuk di dua kecamatan (Brang Rea dan Brang Ene) sama sama dalam tahap pengembangan infrastruktur. Untuk Bendungan Tiu Suntuk belum dapat dijadwalkan rampungnya, sedangkan untuk Bendungan Bintang Bano dijadwalkan akan digunakan pada akhir tahun ini, karena telah merampungkan hampir 100 persen dari total pembangunan bentangannya.

Bendungan Bintang Bano yang berkapasitas tampung 65,84 juta Meter kubik akan diresmikan secara langsung oleh orang nomor satu di Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo pada akhir tahun 2021. Dengan adanya penampungan air raksasa ini, diyakini akan mampu mengatasi pengairan lahan pertanian dibeberapa Kecamatan Kabupaten Sumbawa Barat. Mengingat selama ini petani masih kesulitan dalam pasca tanam diareal persawahaan akibat minimnya ketersediaan air. Bendungan Bintang Bano tersebut merupakan salah satu dari 61 bendungan yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Bendungan ini berada dikawasan Desa Bangkat Monteh yang membendung aliran sungai di Kecamatan Brang Rea, total kapasitas tampung 65, 84 juta m3 serta luas genangan 277,52 Ha. Sedangkan untuk konstruksi Bendungan Bintang Bano didesain dengan tinggi 72 meter, panjang bendungan 497,25 meter, lebar puncak 12 meter dan elevasi puncak bendungan ±120 meter. Bendungan ini nantinya akan menghasilkan debit air sebesar 555 liter per detik. Serta mampu mengairi lahan seluas 6.695 Ha untuk mendukung pertanian di Bumi Pariri Lema Bariri.

Pemerintah Sumbawa Barat melalui Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumbawa Barat (Distan KSB), Suhadi, SP., M.Si. Kamis pagi (21/10/2021), menerangkan bahwa pasokan air pasca tanam pada tahun 2022 akan tercukupi seiring dengan mulai digunakannya Bendungan Bintang Bano. Dengan Melihat kondisi yang selama ini terjadi dibeberapa wilayah yang hanya mengandalkan curah hujan dalam pengairan tanaman dan hanya mampu sekali dalam setahun untuk menanam. Hal tersebut berdampak pada surutnya mentalitas para petani dalam bercocok tanam, faktor ini merupakan kesulitan utama yang dialami masyarakat yang menggerakkan sektor agraris. Para warga yang terkena langsung dan tidak langsung bentangan irigasi dari kedua bendungan itu sangat menggantungkan harapan dengan maksud cepat terealisinya bendungan tersebut agar dapat meningkatkan hasil tanam yang optimal dan maksimal. Selanjutnya akan menaikkan taraf hidup para petani dan anggota keluarganya untuk lebih baik.

Dengan adanya dua bendungan itu membuat para penyangga tatanan Negara Indonesia (petani, red) tidak akan merasa cemas lagi jika memasuki musim tanam. Untuk pengairan di Kecamatan Brang Ene, dapat dipastikan akan tercapai jika Tiu Suntuk telah rampung yang dapat mengairi hingga sebagian Kecamatan Jereweh dan Taliwang. Sedangkan Kecamatan Brang Rea, sebagian Kecamatan Taliwang, Seteluk dan Poto Tano akan dilalui jaringan irigasi Bendungan Bintang Bano. Untuk kecamatan lain yang jaraknya cukup jauh, sedang diupayakan penyediaan air irigasinya sendiri”, pungkas Suhadi.

Selanjutnya ia menambahkan bahwa selama ini indeks penanaman (IP) di Sumbawa Barat belum maksimal dilakukan para petani. Hanya pada IP 1 dan IP 2 itu pun kerap kali terancam kekeringan karena terkendala pasokan air. Meski demikian Distan KSB mencatat adanya surplus gabah dan beras pada tahun sebelumnya.
Yakni produksi gabah mencapai 100 ribu ton dan beras hingga 60 ribu ton dengan tingkat konsumsi masyarakat masih sekitar 30 persen dari total produksi beras.

“Dengan adanya data tersebut, KSB tercatat sebagai daerah surplus beras dan kita semua berharap semoga dengan digunakan kedua bendungan ini nantinya akan meningkatkan taraf hidup para petani di Kabupaten Sumbawa Barat”, tutup Suhadi, SP., M.Si.(cdn.r**)