Sugianto: “Hati-Hati Kampanye Hitam Jelang Pilkada 2020”

Sugianto: “Hati-Hati Kampanye Hitam Jelang Pilkada 2020”

Taliwang, centralditanews- Masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat sebentar lagi akan dihadapkan dengan pesta demokrasi yaitu pemilihan kepala daerah. Dipastikan nasip lima tahun Kabupaten Sumbawa Barat berada di tangan masyarakat yang tinggal di delapan kecamatan (kecamatan taliwang, kecamatan Seteluk, kecamatan Poto Tano, kecamatan brang Rea, kecamatan branf Ene, Jereweh, maluk dan Kecamatan Sekongkang, red).

“9 Desember 2020 mendatang, dipastikan masyarakat akan menentukan pilihannya di bilik suara, tahapan persiapan tengah dilakukan oleh penyelenggara pemilu yaitu KPU KSB. Untuk itu, saya berharap masyarakat pastikan pilihannya dengan tepat, mengenal masing-masing bakal calon, mengetahui visi dan misinya, perjalan kariernya serta yang lebih oenting adalah bakal calon tersebut tidak pernah tersandung hukum,” beber Sugianto pada media ini, Kamis (05/08/2020).

Sugianto, Pemerhati politik sekaligus mantan aktivis mahasiswa yang sudah melalang buana serta syarat akan pengamalan organisasi dari Desa Lamusung, Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat ini menitik beratkan bahayanya politik hitam menjelang pilkada.

“Saya sangat anti akan politik hitam atau black campain tersebut. Saya tekankan masyarakat agar jangan mudah terprovokasi olek isue yang tidak jelas, saringlah dulu informasi tersebut agar tidak menjadi kesalahan fatal untuk masa depan Sumbawa Barat,” cetusnya.

Black campain adalah penggunaan metode rayuan yang merusak, sindiran atau rumors yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada masyarakat agar menimbulkan presepsi yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik.

Komunikasi ini diusahakan agar menimbulkan fenomena sikap resistensi dari para pemilih, kampanye hitam umumnya dapat dilakukan oleh kandidat atau calon bahkan pihak lain secara efisien karena kekurangan sumber daya yang kuat untuk menyerang salah satu kandidat atau calon lain dengan bermain pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya.

“Itulah black campain. Kejadian black campain biasanya dimulai dengan menggiring isu yang tidak jelas dan tendensinya cenderung menyudutkan salah satu pihak yang dianggap berbahaya. Black campain biasanya akan dimainkan ketika menjelang pilkada atau pemilu,” terang Sugianto.

Dilanjutkan olehnya, Black campaign (kampanye hitam) masih dianggap efektif oleh beberapa pihak, karena mampu memengaruhi nilai elektoral musuh politiknya. Namun, kampanye hitam sejatinya merupakan manifestasi dari ketidakpercayaan diri pelakunya. Kampanye hitam itu justru menunjukkan kelemahan pelaku/inisiatornya, karena mereka tidak cukup percaya diri akan keunggulan diri sendiri, sehingga alih-alih menunjukkan kelebihan dirinya untuk menyakinkan calon pemilihnya, yang mereka cari justru kelemahan lawan.

“Saya yakin bahwa pengaruh black campain tidak begitu besar bagi kalangan yang sadar dan paham politik. Justru yang saya khawatirkan masyarakat yang berada di garis road atau akar rumput. Selain itu, saya sangat menyesalkan jika ada oknum yang coba memainkan black campain menjelang pilkada. Kapan kita akan maju dan kapan kita bisa berbuat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini jika praktek-praktek tersebut tetap terjadi,” cetusnya.

Untuk itulah, saat ini Sugianto terus melakukan upaya sosialisasi dan memberikan pemahaman pada kalangan muda dan masyarakat arti dari sebuah demokrasi. Hal itu gencar ia lakukan bersama kawan-kawan muda untuk membentengi masyarakat dari pengaruh politik hitam maupun praktek-praktek kotor dimasa pemilu ini.

Adapun gerakan yang dilakukannya bersama rekan-rekan muda khususnya yang ada di Kecamatan Seteluk dinamai dengan Gerakan Muda_Masyarakat_Jilid II. (cdn.wan)