SPN Tuding Kebijakan Karantina PT AMNT Ceroboh

SPN Tuding Kebijakan Karantina PT AMNT Ceroboh

Kartika Octaviana: “Kebijakan Karantina PT AMNT telah Dikaji Dari Segala Sisi”

Taliwang, centralditanews- Kebijakan PT. Aman Mineral Nusa Tenggara (PT. AMNT) melakukan isolasi karyawannya di luar Site Tambang atau tempat beroperasinya tambang emas dan tembaga di Sumbawa Barat ini dinilai sebagai kebijakan keliru dan sangat ceroboh.

Ada beberapa pertimbangan sehingga kebijakan isolasi mandiri yang diorganizir perusahaan tersebut ditolak. Pertama, wilayah isolasi mandiri beserta rotasi yang diterapkan perusahaan bertempat di wilayah sudah terjangkit pendemi Covid-19 seperti wilayah Mataram dan sekitarnya. Wilayah ini tidak akan menjamin karyawan yang diisolasi tersebut akan lebih betah tinggal dihotel dan justru banyak godaannya.

Kedua, isolasi mandiri diluar Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) tidak akan menjamin juga seluruh proteksi karyawan tersebut untuk tidak berinteraksi dengan orang lain karena Mataram kita ketahui mobilitasnya yang tinggi.

Ketiga, PT. AMNT pun tidak mungkin menambah pekerjaan baru terutama menjaga selama 24 jam karyawan yang melakukan isolasi mandiri di mataram.

Atas pertimbangan tersebut, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Pekerja Nasional (SPN) KSB, Benny Tanaya menuding kebijakan AMNT sangat ceroboh dan minta ditinjau ulang.

“Seharusnya PT. AMNT dapat memanfaatkan fasilitas penginapan yang berada di KSB, setidaknya dapat berimbas kepada  ekonomi KSB serta perputaran uang di KSB itu sendiri. Sejauh ini KSB pun masih dalam status zona hijau serta masih aman dari penyebaran Covid 19”, pungkas Benny pada media ini, Kamis malam (16/04/2020).

Ketua DPC SPN KSB, Benny Tanaya


Selain mengkritisi kebijakan PT AMNT, DPC SPN KSB mendesak Bupati KSB untuk menyurati PT. AMNT agar meninjau ulang kebijakan perusahaan untuk isolasi mandiri karyawannya diluar KSB. Pertimbangannya adalah wilayah isolasi tersebut jauh lebih memudahkan terjadinya penularan dibandingkan tetap berada di wilayah KSB yang masih status hijau atau aman.

Atas tudingan DPC SPN KSB tersebut, media ini berhasil mengkonfirmasi pihak PT AMNT. Manager PT. AMNT melalui Head of Corporate Communications PT. AMNT, Kartika Octaviana angkat bicara.

Kartika Octaviana pada media ini tidak menyangkal jika PT. AMNT telah mengambil kebijakan mengkarantina karyawannya di hotel yang berlokasi di Pulau Lombok.

“PT. AMNT memang telah melakukan kalkulasi untuk fasilitas akomodasi bagi sebagian karyawan yang awalnya akan digunakan sebagai fasilitas isolasi mandiri terpusat, kemudian menjadi tempat tinggal sementara bagi karyawan yang sedang field break”, ujar Kartika.

PT. AMNT sudah melakukan kalkulasi mengenai kebutuhan fasilitas penginapan bagi sebagian karyawan yang sedang dalam istirahat atau field break.

Sebanyak 1.000 karyawan yang akan ditempatkan di fasilitas penginapan di luar Batu Hijau dan dirotasi setiap 2 (dua) minggu.
Dari hasil kalkulasi tersebut, fasilitas penginapan di KSB yang dapat kami ajak bekerjasama untuk kontrol penuh fasilitas penginapan ini sangat terbatas. “Karenanya kami berupaya mencari alternatif, yaitu di Lombok”, jelas Kartika.

Ditambahkan olehnya, “terdapat 4 (empat) hotel di Lombok yang sudah sepakat bahwa fasilitasnya kami booking sepenuhnya untuk kebutuhan fasilitas penginapan sementara ini. Dengan demikian, kami memiliki kontrol penuh atas keamanan, management hotel dan bahkan dapur selama implementasi kebijakan ini”.

Kartika Octaviana (Head of Corporate Communications PT. AMNT)

Pertimbangan juga didasarkan pada fasilitas kesehatan di wilayah tersebut yang memadai. Karyawan yang berada di dalam fasilitas ini tidak diizinkan keluar masuk, menerima tamu, atau aktivitas lain yang membuka resiko terpapar COVID-19.

PT AMNT juga sudah mengatur sarana transportasi khusus yang sudah di disinfektan dan para sopir juga menjalani karantina.

“Berbagai prosedur ini kami lakukan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan para karyawan, keluarga karyawan, dan tentunya warga sekitar lingkar tambang. Kami berupaya untuk tetap menjalankan produksi secara normal, meskipun ada berbagai tantangan yang harus kami hadapi. Karena kami memahami signifikansi dari operasi kami terhadap ekonomi daerah dan nasional”, ungkap Kartika. (cdn.wan)