Pekan Kamis Budaya Wujud Pelestarian Untuk Identitas Masa Depan

Pekan Kamis Budaya Wujud Pelestarian Untuk Identitas Masa Depan

CDN, Sumbawa Barat– Sebagai bentuk rasa memiliki dan mencintai budaya Tana Samawa khususnya budaya dan adat istiadat Tana Kemutar Telu (Kedatuan Seteluk, Kedatuan Taliwang dan Kedatuan Jereweh), Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa Barat (Dikbud KSB) hari ini menerapkan Pekan Kamis Budaya di sekolah-sekolah (SD dan SMP) dan lembaga pendidikan lainnya.

Pekan Kamis Budaya ini merupakan ide bersama yang dimulai dalam internal Dinas Dikbud KSB, kemudian ditransfer ke para kepala sekolah untuk disosialisasikan pada siswa. Kepala Dinas Dikbud KSB, Khusnarti, S.Pd melalui Kepala Bidang Kebudayaan, Ajad Sajadah pada Rabu pagi (13/04/2022), mengatakan bahwa ini adalah salah satu upaya kita melestarikan budaya leluhur pada generasi gen z saat ini.

Kepala Bidang Kebudayaan Pada Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa Barat, Ajad Sajadah

“Tentunya kita tidak menginginkan anak-anak kita menjadi orang asing di tanah sendiri, mengapa saya katakan seperti itu, karena perkembangan zaman yang begitu cepat, membuat pergeseran nilai-nilai budaya yang begitu tinggi maknanya dilupakan oleh anak-anak kita. Untuk membentengi itu, maka diperlukan langkah dari kita untuk menyelamatkan aset daerah yang begitu mahal harganya. Salah satunya adalah dengan menerapkan Pekan Kamis Budaya di sekolah (SD/SMP) dan lembaga pendidikan lainnya,” pungkas Ajad Sajadah.

Kebijakan serupa telah diterapkan oleh daerah-daerah lain di Indonesia. Mereka telah menyelipkan unsur budaya dalam literasi serta identitas lainnya di dunia pendidikan sebagai wujud dari rasa bangga akan budaya daerah. Kebijakan yang diterapkan oleh daerah-daerah di Indonesia hingga diterapkannya hari Kamis Berbudaya di KSB adalah wujud dari keputusan baru Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Menteri Pendidikan RI, Nadiem Makariem memberikan ruang khususnya di dunia pendidikan agar menggali dan menerapkan kebudayaan daerah yang nantinya diterapkan di sekolah.

Disisi lain, Ajad Sajadah tidak memungkiri jika penerapan Pekan Kamis Budaya ini menimbulkan pro dan kontra. Ia mengaku telah mengikuti perkembangan sejak keputusan Kamis budaya diterapkan. Rata-rata yang kontra degan Pekan Kamis Budaya ini adalah mereka yang belum mendapatkan informasi secara utuh. “Mereka berasumsi jika ini memberatkan orang tua dan membuat kantong baju bolong, padahal itu tidak sama sekali, kami tidak memberikan kreteria khusus pada kain atau sarung yang mereka (murid) kenakan, semua merek sarung bisa digunakan, asalkan menunjukkan identitas kita tau samawa (orang Sumbawa).” Beber Ajad.

Para siswa tidak diwajibkan menggunakan baju adat Sumbawa, tetapi bahasa yang tertuang dalam surat edaran tersebut adalah siswa menggunakan pakaian yang beridentitas Sumbawa. “perlu digaris bawahi, bahwa baju adat Sumbawa berbeda dengan baju identitas Sumbawa. Kalau baju adat Sumbawa tentu memerlukan biaya. Tetapi kalau baju yang menunjukkan identitas Sumbawa maka hampir tidak ada biaya, karena cukup menyediakan satu sarung yang dipakai dipinggang khas Sumbawa serta menggunakan ‘sapu’ (kain yang diikatkan dikepala) sudah cukup untuk para siswa. Sementara untuk para siswi, cukup menyediakan dua sarung yang melambangkan ‘kre dua’ (kain yang dipakai saat acara Sorong serah). Kain atau sarungnya bebas dan itu sudah menunjukkan identitas kita orang Sumbawa,” tegas Ajad.

Ia menuturkan pengalamannya ketika berkunjung ke suatu daerah, didaerah tersebut menerapkan apa yang telah dilakukan oleh Dikbud KSB, semua siswa pada hari tertentu menggunakan baju adat daerahnya. “Hal semacam itulah yang coba diterapkan disini, dimana anak-anak dari semua suku yang tinggal dan menetap di KSB menggunakan identitas Sumbawa di sekolahnya. Penting bagi kita mengenalkan budaya Sumbawa yang terkenal terbuka pada mereka (pendatang) yang telah menetap di KSB,” terang Ajad.

Namun dari hari ke hari, pekan kamis budaya ini telah memberikan warna sendiri di tataran masyarakat khususnya di jagad sosial media. Murid-murid serta guru memfosting ekspresi mereka saat mengenakan baju yang menunjukkan identitas Sumbawa. Lanjut Ajad, itu berarti bahwa kebijakan ini telah tepat sekaligus postingan-postingan itu menunjukkan bahwa mereka bangga menjadi tau Tana Samawa.

Siswa/Siswi SDN 5 Taliwang Menampilkan Atraksi Budaya Tana’ Samawa Pada Pekan Kamis Budaya

Sebelum berita ini diturunkan, Berdasarkan pantauan media dibeberapa sekolah dasar yang ada di KSB, Pekan Kamis Budaya ini telah dikemas sebagian rupiah oleh pihak sekolah, beberapa SDN bahkan telah mengembangkan pekan Kamis budaya ini kedalam berbagai aspek yang memperlihatkan identitas Sumbawa. Misalnya SDN 5 Taliwang atau yang dikenal dengan SDN Sensasi (Segudang Prestasi), mereka bukan hanya mengenakan pakaian dengan identitas Sumbawa, namun mereka mengisi Pekan Kamis Budaya ini dengan berbagai aksi siswa, diantaranya sakeco, rabalas lawas, ngumang dan menampilkan tarian Sumbawa. (cdn.wan)